Yel yel yang diteriakan mahasiswa dalam demo-demo tersebut bernuansa sparatisme. Bahkan atribut kampanye pun juga demikian, nah inikan sangat jelas siapa yang menunggangi dan siap yange ditunggangi.
Bagi pihak ketiga, cara-cara ini dianggap efektif untuk menarik perhatian Internasional, seakan-akan ada persoalan di Papua, ada penindasan di Papua, sehingga adanya pemberontakan masyarakat.
Padahal secara realitas tidaklah demikian, karena aktivitas tersebut memang sengaja diciptakan agar diliput media dan dibicarakan di forum Internasional.
Yang perlu dicari dari kasus-kasus ini bukanlah 'Kambing Hitam,' tapi mastermind dan provokator yang menjadi kaki tangannya. Aparat juga tidak perlu Alergi untuk dipersalahkan, karena sebagai penanggung jawab keamanan memang sudah resikonya untuk dipersalahkan.
Kalau sekedar mencari kambing hitam, maka sulit untuk mencari mastermind dan provokator dari kasus penyerangan asrama mahasiswa Papua. Kasus ini akan terus berulang dengan modus yang lain lagi, dan targetnya tetap Sama.
Itu kalau pihak kepolisian tidak bisa menangkap mastermind dan provokator dari kasus tersebut. Dan mereka akan merasa sukses dengan semua rencana yang sudah dilakukan, itulah dasarnya untuk mengulangi kasus yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H