Sebagai orang yang kenal dekat dengan SP tentunya Saur Hutabarat sangat mengenal karakter dan sikap politik SP, makanya Saur memberikan analisis dalam tulisannya seperti itu. Analisis Saur tersebut menurut hemat penulis sangatlah memungkinkan.
Sebagai seorang petinggi Media Group, mantan wartawan senior majalah Tempo, Saur adalah salah satu orang dekat (inner circle) SP. Dia paham betul cara berpikir dan apa yang dimaui SP.
Jadi apa yang dia pikirkan dan disampaikan ke publik dipastikan tidak jauh berbeda dan tidak mungkin bertentangan dengan sikap resmi yang akan diambil partai.
Memang Pertemuan antara Megawati dan Prabowo sudah membuat SP tidak nyaman, SP sepertinya menangkap sebuah sinyal yang tidak biasa, makanya pada hari yang sama dengan Pertemuan Megawati dan Prabowo, SP pun mengundang Anies Baswedan.
Sebelumnya SP pun sempat mengumpulkan 3 Partai koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf di DPD Partai NasDem, PPP, PKB, dan Golkar, tanpa mengundang PDI Perjuangan. Dalam pertemuan tersebut juga dihadiri masing-masing Ketua Umum Partai.
Indikator lainnya, NasDem sudah diserang bertubi-tubi oleh PDI Perjuangan, hal ini berpangkal dari gencarnya NasDem menyetor sejumlah Nama kadernya untuk mengisi jabatan di Kabinet, sementara PDI Perjuangan menganggap etika berpolitik NasDem dianggap tidak sejalan dengan apa yang diinginkan PDI Perjuangan.
Menurut Sekjen PDIP, semestinya setiap parpol membiarkan presiden sendiri yang menentukan siapa orang-orang yang pantas menjadi pembantunya di KIK Jilid II mendatang.
Terlebih, hal itu adalah murni hak prerogatif presiden, sehingga tak sepantasnya parpol melakukan intervensi kepada presiden.
Selain itu PDI Perjuangan juga menyindir soal posisi Jaksa Agung yang selama ini dipegang oleh NasDem, dan ada indikasi NasDem masih menginginkan posisi tersebut, sementara PDI Perjuangan menginginkan posisi tersebut diisi oleh internal kejaksaan Agung bukan kader Partai politik.
Ada kecurigaan PDI Perjuangan terhadap NasDem yang berkeinginan mencaplok kadernya, hal itu berdasarkan adanya upaya pendekatan politisi NasDem terhadap Walikota Surabaya, Tri Rismaharini baru-baru ini, seakan-akan NasDem sudah mempersiapkan Risma sebagai kandidat Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada DKI berikutnya (2022).
Riak-riak ketegangan kedua Partai inilah yang bisa memicu hengkangnya NasDem dari KIK. Mantan Menko Kemaritiman KIK Periode I Jokowi, Rizal Ramli pun mempunyai pandangan bahwa pemicu hengkangnya NasDem dari KIK bukanlah masuknya Gerindra, tapi memang disingkirkan oleh PDI Perjuangan.