Tantangan berat bagi Kapolri, Tito Karnavian dalam mengungkap kasus Novel Baswedan. Apa lagi Presiden Jokowi sudah memberikan tenggat waktu tiga bulan pada Polri, sebagai ultimatum untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara Yandi Mohammad dan Heru Triyono dari Beritagar.id bertamu ke rumah Novel Baswedan di Jalan Deposito, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (21/12/2015) silam, penulis mengutip beberapa poin penting yang terkait dengan kasus Penyerangan terhadap Novel.
Reputasi Novel dalam menangani kasus kakap tidak diragukan lagi, sebagai Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan juga Purnawirawan Polri, yang pernah menjabat Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bengkulu tahun 2004.
Kasus besar yang pernah ditanganinya, mulai dari melacak pelarian Nunun Nurbaetie, tersangka pemberi cek pelawat, lalu menjemput Muhammad Nazaruddin, yang lari ke Cartagena Kolombia, hingga menguak jual beli perkara pemilukada yang melibatkan Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi.
Kasus lain yang juga sempat membuat geger institusi Polri adalah saat KPK membongkar kasus korupsi simulator surat izin mengemudi yang melibatkan Kepala Korps Lalu Lintas Polri, Inspektur Jenderal Djoko Susilo, tahun 2012.
Disaat dia sedang menangani kasus ini, kasusnya saat masih menjadi Kasatreskrim Polres Bengkulu kembali mencuat, yakni kasus penembakan pencuri sarang burung walet. Kasus inilah yang sampai sekarang belum tuntas, dan selalu dicuatkan kembali disaat Novel sedang menangani kasus besar.
Diawal tahun 2015, polisi kembali mengungkit kasus Novel. Ini merupakan buntut ketegangan KPK-Polri, setelah komisi antirasuah menetapkan calon Kepala Polri pilihan Presiden Joko Widodo, Komisaris Jenderal Budi Gunawan, sebagai tersangka korupsi. Budi batal dilantik, tapi kasus Novel jalan terus.
Kalau melihat dari beberapa kasus diatas, maka kita bisa melihat masih ada ketegangan Polri vs KPK, ini tidak bisa dipungkiri. Keberanian Novel membongkar setiap kasus tidak pernah memperdulikan dengan institusi apa dia berhadapan, dan itu terbukti dengan institusi Polri pun dia tidak peduli, meskipun dia sendiri seorang Purnawirawan Polri.
Bukan cuma itu, musuh terberatnya sebagai Penyidik KPK adalah "Mafia Hitam," sebuah kelompok yang memiliki kekuatan yang menurutnya sama Presiden pun tidak ada takutnya. Nah ini artinya, Mafia Hitam ini begitu menggurita kekuatan dan kekuasaannya.
Rentetan peristiwa kasus yang ditanganinya, dan pengungkapan kembali kasus yang menyangkut dirinya saat masih menjadi Kasatreskrim Polres Bengkulu, menurutnya adalah rangkaian agenda besar untuk melakukan pelemahan terhadap dirinya. Seperti dalam salah satu wawancara yang saya kutip,
Agenda ini memiliki target yang lebih besar? Semisal pelemahan KPK.
Pesan agenda itu menurut saya begini: "Nih lo lihat, kalau elu lawan gue, akan gue gituin. Presiden larang pun kita masih berani lho". Nah ini jadi efek domino. Bukan ke saya saja, tapi ke siapapun yang berani melawan kejahatan. Hal ini berpengaruh terhadap penegak hukum, bukan cuma polisi, tapi juga auditor, seperti di BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), yang kerap melakukan investigasi.
Kalau Presiden saja sudah tidak bisa mengendalikan negara ini bagaimana nasib Anda...
Saya akan berlindung kepada Allah dari ancaman-ancaman yang datang.
Kapan ancaman-ancaman kepada Anda itu mulai dirasakan?
Awal-awal itu ketika saya menangani kasus yang terkait dengan mafia hitam. Saya pernah ingin ditabrak oleh seseorang. Tapi yang justru tertabrak adalah adik kelas, yang mirip dengan saya. Kakinya patah, kejadiannya terjadi di belakang kantor KPK.
Masih dalam wawancara tersebut juga terungkap, bahwa saat ini Novel sedang mengusut kasus besar, yang menurutnya besar dari segi orangnya. Artinya dia pun sedang berhadapan dengan persoalan besar orang besar. Untuk satu hal ini Novel tidak ingin membeberkannya terlebih dahulu, karena menyangkut keselamatan dan pertaruhan institusi KPK.
Kalau melihat dari rangkaian kasus baik yang pernah dan sedang ditanganinya, maka kita bisa lihat sangat berat pertaruhan Kapolri terhadap pengungkapan kasus Novel Baswedan ini, karena bisa jadi Konflik Polri vs KPK masih terus berlanjut, sehingga Konflik kepentingan yang dihadapi Kapolri, Tito Karnavian pun tidak bisa dihindari.
Disinilah Tito diuji untuk mempertaruhkan reputasi Jabatannya, apakah dia bisa melawan "Mafia Hitam" dan Orang Besar yang membayangi Kasus Novel Baswedan. Untuk menegakkan wibawa institusi Polri, harusnya kasus ini bisa terungkap dan dituntaskan sesuai dengan Ultimatum Presiden Jokowi.
Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H