Namanya keluarga sekali dua kali pasti ada yang namanya bertengkar dan konflik kecil kecilan. Konflik gede pun juga ada, lumrah, namanya juga hidup berkeluarga. Persoalannya pun biasanya tidak jauh dari persoalan pribadi dan keluarga. Soal anak soal pekerjaan, soal rejeki, pokoknya banyak bahan yang bisa dijadikan konflik. Termasuk politik pun bisa jadi bahan sumber konflik. Politik? Kok bisa politik masuk ranah masalah keluarga? Apa keluarga saya anggota partai atau pejabat, sampai politik jadi sumber ketegangan rumah tangga?
Jadi begini, istri saya itu mengidolakan pak gubernur yang menurutnya lebih ganteng dari saya. Saya sebagai kepala rumah tangga ya hanya bisa memaklumi pilihannya. Perkara lebih ganteng pak Gubernur itu urusannya, yang jelas hidupnya , saat ini dengan saya. Tetapi ternyata persoalannya tidak sekedar ganteng , hampir tiap hari kegiatan dan acara pak gubernur dipantau. Saya sebenarnya cemburu, pak gubernur itu bukan sodara, bukan tetangga. Teman juga bukan. Sejarah perkenalan juga tidak ada. Atau sekedar follow twitternya pun tidak. Tetapi istri saya ini aktif sekali memantau aktifitas pak gubernur hampir disemua media, termasuk ikut ikutan geregetan membela mati matian pak gubernur atas kasus SUMBER SEHAT.
Apa apaan ini, Perkara SUMBER SEHAT kok dibawa bawa sampai ke ranjang saya. Saya emosi, tetapi karena saya penganut paham demokrasi maka saya perlu mengklarifikasi dan memberi ruang istri saya untuk bersuara.
“Saya tidak rela pak gubernur di fitnah pak.”
“Sapa yang mitnah?”
“Lha itu di koran koran, ditipi, teruss saja dibahas kalo pak gubernur itu pasti korupsi dan merugikan negara bermilyar milyar.”
“Taumu kalo itu fitnah?”
Ah bapak ini, pura pura. Kan jelas jelas pak gubernur sudah bertindak sesuai prosedur. Beliau juga sudah menjelaskan bagaimana proses pembelian lahan SUMBER SEHAT itu. Kok ya masih saja dibilang merugikan negara.”
“Ha mbok biarin saja mah. Apa yang dilakukan BPK alias Bapak Polisi Keuangan itu pastinya sudah sesuai prosedur juga.”
“Prosedur bagaimana pak? Wong menetukan sendiri perhitungan tanpa melihat data dan fakta apakah itu sebuah tindakan yang sesuai prosedur?”
“Ya soal itu ..... Gimana ya?”