“Hehehe… tapi kan MC-nya enggak pakai jas,” kata Bu Yo.
“Iya sih bu. Tapi, kan pakai safari, lengan panjang lagi. Tetap aja rapi,” kata saya lagi.
“Hehehe… iya ya,” Bu Yo terkekeh.
“Pakai lagu segala. Jadi bener-bener lupa kalo sedang berduka,” kata saya.
“Ya memang itu tujuannya Ji. Biar yang sedang berduka itu terhibur. Malah di gereja mana itu, kalo ada anggota keluarga yang mati tidak boleh nangis, harus bergembira,” terang Bu Yo.
“Bener juga sih bu. Biar tidak larut dalam duka."kata saya setuju pendapat beliau.
Sementara, Cik Onny tersenyum sedikit mengangguk. Pasti tandanya setuju juga.
Orang yang tadinya berduka, karena terhibur oleh suasana yang nyaman menjadi tersentuh dan tersadar bahwa duka itu bukan sesuatu yang harus ditakuti.
Wah ini jadi bisnis rumah duka sekaligus menghibur orang yang sedang berduka. Ini bisnis yang menarik. Pantas saja di tombol lift tidak ada angka empat. Takut bisnisnya mati. Kalau bisnisnya mati itu baru benar benar berduka.
Tiba-tiba saja Bu Yo bilang “Ji, kenapa kamu enggak kerja di sini saja, jadi MC?”
Saya terharu mendengar pertanyaan sekaligus saran beliau. “Bu, kalo saya jadi MC di sini, yang sedang berduka malah semakin berduka,” celetuk saya.
Bu Yo dan Cik Onny hanya tersenyum melihat saya.