Mohon tunggu...
Dayangsumbi
Dayangsumbi Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Musik, Filosofi

Blogger Writer and Amateur Analys, S.Komedi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Fenomenologi Ontologi Sartre dan Kritik Ali Syariati dalam Epistemologi Kembali Fitrah

1 Mei 2022   02:20 Diperbarui: 19 Mei 2022   16:16 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrator : Freepic

Manusia juga memiliki kesatuan dengan dirinya sendiri seperti hewan, tumbuhan dan bintang-bintang. Dalam Lisanul Arab dijelaskan bahwa istilah anam digunakan oleh kalangan Arab untuk merujuk semua mahluk hidup di bumi ini termasuk juga manusia.

Namun, tak luput juga manusia makhluk yang terus bergerak menjadi (Becoming) dalam istilah bahasa arab istilah manusia ini yaitu naas kata ini berasal dari nawasa artinya bergerak, tidak menetap pada satu keadaan, bimbang. Dalam istilah filsafat Sartre yaitu being for it self. Being for it self menurut Sartre adanya yang berkesadaran dan itu merupakan jarak. Karena becoming-nya ini manusia mempunyai keinginan untuk memiliki identitas atau makna pada eksistensinya.

Manusia memiliki identitas yaitu sebagai hamba Allah dan sebagai khalifatullah. Relasi interaksi 2 identitas ini disebut Habluminallah wa habluminannas. 

Dalam menjalani keduanya menurut Ali Syariati manusia di anugerahi 3 karakteristik yaitu insan (Intelek dan kesadaran), iradah (Kehendak bebas) dan daya kreasi (Daya cipta). Allah memberikan sifatNya yaitu Iradah pada manusia untuk kepentingan manusia di muka bumi. Namun, Allah tetaplah mukhalafatu lil hawaditsi.

Ke-tiga karakteristik ini berfungsi pada semestinya yaitu untuk berdzikir (Mengingat) Allah. Pertama, Insan, daya intelek dan kesadaran ini yang membuat pengetahuan berkembang dinamis dan pesat. Hal ini pula yang seharusnya mendekatkan diri kita kepada pengetahuan sejati, pengetahuan yang bersumber pada guru pertama bagi bani adam yaitu Allah SWT.

Yang kedua, Kehendak bebas, hal ini hanya terbatas pada akankah mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangannya, yaitu dengan mendekatkan diri pada apa yang benar lagi baik juga indah bagi Allah atau sebaliknya mengkehendaki sesuatu yang dimurkai Allah.

Dan yang ketiga, daya kreasi (Daya cipta), manusia produktif merupakan seseorang yang memiliki daya kreasi atau cipta sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya serta orang lain. 

Menurut Nabi muhammad mukmin yang paling baik yaitu yang bermanfaat bagi sekitarnya. Islam memberikan banyak pelajaran bagi manusia produktif yaitu orang yang beramal saleh dan kesalingan menasihati supaya mentaati kebenaran dan menetapi kebenaran. Dan Menggunakan baik-baik waktunya untuk amal saleh yaitu beribadah mengumpulkan bekal kita menghadap Allah SWT.

Ketiganya ini merupakan kesadaran menjadi (Becoming) dalam menuju identitas manusia yang hakiki.

Setelah kita melakukan ibadah dibulan ramadhan ini, melakukan ibadah puasa dan ibadah lainnya untuk dapat men-de-dominasi daya basyar kita, apakah kita akan dapat kembali kepada fitrah namun yang jadi pertanyaan pada kali ini adalah apa itu fitrah ?

Basyar (Ego), hasrat bawaan manusia yang mesti dikontrol supaya kita dapat kembali kepada fitrah. Basyar ini merupakan bagian dari manusia yang paling menawan atau memenjarakan manusia. Ali Syariati menyebutnya The dark recesses of his lower self, yang menjadikan manusia tawanan paling rendah dan lumpur yang busuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun