Mohon tunggu...
Dayangsumbi
Dayangsumbi Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Musik, Filosofi

Blogger Writer and Amateur Analys, S.Komedi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teori Emanasi dari Falsafah Jawa Hanacaraka

6 Desember 2021   21:30 Diperbarui: 13 Maret 2022   15:59 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Freepic/Pexels

Bagi para penikmat filsafat atau pun para pelaku filsafat itu sendiri, pasti kenal dengan Teori Emanasi yang dikemukakan oleh beberapa filsuf seperti Plotinus (270 M), Al Farabi (870 -- 950 M), Ibnu Sina (980 -- 1037 M), Ibnu Miskawaih (932 -- 1030 M) yang menyatakan bahwa proses penciptaan atau (prime causa) penyebab penciptaan ataupun penggerak utama yaitu Tuhan. Meraka berteori bahwa penciptaan merupakan hasil akal Tuhan itu sendiri.

Emanasi menurut filsuf islam, penciptaan dari akal Tuhan itu memancar sampai kesepuluh. Lalu, menghasilkan 2 pendapat yaitu pertama, wajibul wujud (Tuhan sebagai prime causa atas terciptanya jiwa dan manusia itu sendiri. Kedua, dari dirinya yang merupakan wujud yang mukmin maka terciptalah unsur-unsur pembentuk bintang dan planet-planet.

Kita tidak panjang lebar membahas Teori Emanasi dari filsuf Barat dan Islam terutama Negeri Arab untuk membahas proses penciptaan. Di Indonesia sendiri, khususnya pulau jawa juga terdapat teori emanasi dari pancaran akal Tuhan, namun, bukan planet, bintang yang dihasilkan. Tetapi, pancaran itu menghasilkan peradaban.  Emanasi ini di ambil dari kosa kata aksara Jawa.

Emanasi dalam KBBI adalah sebuah pancaran. Dalam filsafat Emanasi merupakan pancaran Ilahi, pancaran Tuhan untuk mengenal asal muasal diri kita untuk mendapatkan Esensi dan Eksistensi diri kita dari proses penciptaan alam semesta itu sendiri.

Dalam Emanasi Aksara ini kita manusia-manusia Indonesia ditekankan untuk mengenal proses penciptaan yang lebih humanis atau menekankan pada proses penciptaan manusia itu sendiri.

Susunan aksara yang memancar tersusun itu kita menyebutnya HaNaCaRaKa. Susunannya seperti ini ; HaNaCaRaKa, DaTaSaWaLa, PaDaJaYaNya, MaGaBaThaNga.

Susunan-susunan itu membentuk arti yang dalam Bahasa Indonesia yaitu pertama, Hanacaraka artinya ono utusan (ada utusan). Kedua, Datasawala, padha kekerengan (saling berselisih). Ketiga, Padajayanya, padha digdayane (sama-sama dianugerahinya). Dan yang terakhir, Magabathanga yaitu padha nyunggi bathange (saling berpangku saat meninggal).

Ada utusan, Tuhan mengutus manusia, manusia yang diutus Tuhan pastilah berpasangan. Kita tahu didunia ini semua makhluk yang diciptakan Tuhan adalah berpasang-pasangan. Dalam Agama Abrahimik pun diceritakan bahwa Adam dan Hawa diciptakan Tuhan untuk diutus oleh Tuhan mewakili makhluk berjenis manusia yang akan hidup di bumi. Sebelum mereka turun kebumi mereka diajarkan segala jenis pengetahuan yang baik disurga, namun terjadi perselisihan

Saling berselisih, terjadi perselisihan diantara keduanya. Perselisihan adam dan hawa muncul pada saat mereka memakan buah quldi, buah yang dilarang Tuhan untuk mereka dekati ataupun memakannya. Namun, mereka memakannya. Keduanya kemudian diasingkan satu sama lain di bumi.

Sama-sama di anugerahi, Kemudian mereka di anugerahi dan menjadi sadar akan perbedaan dan keterpisahannya. Di tengah hukuman, yang mereka rasakan itu adalah keterasingan. Pada akhirnya keterpisahan mereka menghasilkan kerinduan yang amat sangat membuat diri mereka menjadi cemas dan bersalah. Di keterpisahannya mereka berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa untuk disatukan kembali.

Saling berpangku saat meninggal, Mereka akhirnya saling bertemu, memahami satu sama lain dan saling berpangku untuk hidup di tengah ujian yang mereka alami sampai akhirnya maut datang. Dari keduanya manusia berkembang hingga sekarang, baik dari segi populasi maupun peradaban.

Proses Emanasi penciptaan ini begitu menekankan sisi kemanusian, tidak melalang buana ke antariksa. Sikap humanisme begitu kental pada proses Emanasi Penciptaan melalui Aksara ini. Jika Emanasi filsuf islam melahirkan 10 akal maujud Ilahi. Proses Emanasi ini hanya ada 4.

Yang pertama, yaitu kelahiran manusia itu sendiri sampai akhirnya mereka dewasa

Yang kedua, ketika mereka dewasa mulai memproses dan menghasilkan pengetahuan yang baik dan yang buruk.

Ketiga, mereka akhirnya memahami diri, memahami esensi dan eksistensi mereka sendiri yang kemudian mereka lebur bersama pasangannya untuk melanjutkan hidupnya bersama orang yang menjadi jodoh mereka.

Dan yang keempat, setelah mereka menghasilkan nilai-nilai yang dileburkan tadi. Nilai-nilai itulah yang menjadi landasan berpikir dan bertindak mereka berdua dalam membina rumah tangga untuk saling berpangku di haribaan Tuhan.

Proses Emanasi ini sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Emanasi ini juga merupakan proses penciptaan yang bersumber dari prime causa itu sendiri yaitu Tuhan, sebab adam diciptakan oleh Tuhan. Walaupun anak-anak manusia, anak-anak bumi terlahir dari hawa, tidak serta-merta hal ini menjauh dari campur tangan Tuhan.

Jika Emanasi para filsuf dari akal Tuhan melahirkan planet, bintang dan manusia itu sendiri. Emanasi ini justru menciptakan Peradaban dari anak-anak bumi teruntuk adam dan hawa dan berujung pada prime causa yaitu Tuhan itu sendiri. Saya menyebutnya Emanasi Akal Pikiran dari Peradaban Jawa Terutama dari Aksara Jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun