Saling berpangku saat meninggal, Mereka akhirnya saling bertemu, memahami satu sama lain dan saling berpangku untuk hidup di tengah ujian yang mereka alami sampai akhirnya maut datang. Dari keduanya manusia berkembang hingga sekarang, baik dari segi populasi maupun peradaban.
Proses Emanasi penciptaan ini begitu menekankan sisi kemanusian, tidak melalang buana ke antariksa. Sikap humanisme begitu kental pada proses Emanasi Penciptaan melalui Aksara ini. Jika Emanasi filsuf islam melahirkan 10 akal maujud Ilahi. Proses Emanasi ini hanya ada 4.
Yang pertama, yaitu kelahiran manusia itu sendiri sampai akhirnya mereka dewasa
Yang kedua, ketika mereka dewasa mulai memproses dan menghasilkan pengetahuan yang baik dan yang buruk.
Ketiga, mereka akhirnya memahami diri, memahami esensi dan eksistensi mereka sendiri yang kemudian mereka lebur bersama pasangannya untuk melanjutkan hidupnya bersama orang yang menjadi jodoh mereka.
Dan yang keempat, setelah mereka menghasilkan nilai-nilai yang dileburkan tadi. Nilai-nilai itulah yang menjadi landasan berpikir dan bertindak mereka berdua dalam membina rumah tangga untuk saling berpangku di haribaan Tuhan.
Proses Emanasi ini sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Emanasi ini juga merupakan proses penciptaan yang bersumber dari prime causa itu sendiri yaitu Tuhan, sebab adam diciptakan oleh Tuhan. Walaupun anak-anak manusia, anak-anak bumi terlahir dari hawa, tidak serta-merta hal ini menjauh dari campur tangan Tuhan.
Jika Emanasi para filsuf dari akal Tuhan melahirkan planet, bintang dan manusia itu sendiri. Emanasi ini justru menciptakan Peradaban dari anak-anak bumi teruntuk adam dan hawa dan berujung pada prime causa yaitu Tuhan itu sendiri. Saya menyebutnya Emanasi Akal Pikiran dari Peradaban Jawa Terutama dari Aksara Jawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H