Mohon tunggu...
Ajie Buhron
Ajie Buhron Mohon Tunggu... -

Seorang yang telah lulus jurusan Hukum Internasional, yang menyukai hal-hal berkenaan dengan perkembangan dunia militer dan hubungan internasional, penikmat "video games", pecinta "super car", kini baru mendapatkan gelar "master" dalam bidang "International Law and Law of International Organization" dari salah satu Universitas Negeri di Belanda.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mau Beli Alutsista Modern Kok Di Curigai Korupsi?

12 Januari 2012   18:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:58 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_155268" align="alignnone" width="600" caption="Sumber gambar: http://duniatank.blogspot.com/2011/06/tank-leopard-2.html"][/caption]

Seperti yang telah diberitakan di media masa,  TNI AD tengah berencana melakukan pengadaan Main Battle Tank (MBT), dalam hal ini Kementrian Pertahanan menyebutkan bahwa MBT yang didatangkan adalah jenis Leopard 2 yang dibeli dari Belanda. Alasan utama menjajaki pembelian MBT dari Belanda adalah adanya pemotongan anggaran pertahanan besar-besaran oleh pemerintah Belanda, sehingga beberapa alutsista yang rata-rata memiliki teknologi terkini terpaksa dikandangkan untuk dijual. Hal inilah yang nampaknya Kementerian Pertahanan incar, teknologi terbaru dengan harga yang miring, siapa yang tidak senang ?

Namun dalam kelanjutannya sebagaimana dengan pengadaan alutsista TNI selalu saja mengundang pro dan kontra, sepertinya di Indonesia memperkuat angkatan bersenjata bukan menjadi hal yang mudah, terlebih lagi jika issue tersebut bisa dijadikan argumen politik untuk mengkritik pemerintah dari partai yang bekuasa (terus terang saya heran sejak kapan Negara Indonesia menganut system partai oposisi dan posisi ?).

Dalam hal tersebut, sebaiknya saya ingin bahas sedikit, benda apa sih “Main Battle Tank” tersebut? Apa bedanya dengan “Heavy Tank”? Kok saya sering mendengar argumen bahwa MBT tidak cocok di Indonesia karena dimensinya terlalu besar ? Apakah benar begitu ?

Mungkin kita sering mendengar orang yang mengaku sebagai “pengamat militer” di media yang menyebutkan bahwa “MBT Leopard yang merupakan “Heavy Tank” tidak cocok di Indonesia, kita cocoknya pakai “Medium Tank””, weleh-weleh mengklasifikasikan Tank kok seperti mengklasifikasi petinju, ada light, medium dan heavy, jangan-jangan ada Tank kelas bulu Hehe ? Benarkah demikian ?

Pada era PD II memang Tank dibagi berdasarkan beratnya, Seperti Tank Tiger II dikategorikan sebagai Heavy Tank, tank tersebut memiliki kemampuan superior dalam hal proteksi, dan daya gempur, sementara tank-tank yang bobotnya lebih ringan (sekitar 20-30 Ton) Seperti T-34 atau Sherman dikategorikan sebagai Medium Tank, walau kemampuan proteksi dan daya gempurnya tidak  bisa menyamai Heavy Tank, namun Medium Tank memiliki kelincahan yang lebih tinggi ketika bergerak di medan terbuka. Pada perkembangan selanjutnya, tentu teknologi pada Tank turut berubah, sehingga Tank yang badannya bongsor, tetap bisa bergerak lebih lincah, bisa menembak lebih jauh, dan tetap memiliki proteksi yang tinggi, sehingga Tank tidak dikategorikan berdasarkan beratnya lagi, melainkan berdasarkan fungsi atau peran yang dijalankan, nah sejak itulah klasifikasi tank dirubah, tank mulai dikategorikan sebagai “Main Battle Tank” dan “Light Tank”.

Jadi apa itu main Battle Tank? Menurut pengertian umum dalam istilah militer, Main Battle Tank adalah tank yang memiliki kemampuan yang superior dari segi mobilitas, proteksi dan daya gempur, sehingga bisa menjalankan tugas utama pada pertempuran dengan kedaraan lapis baja (Armored warfare).  Oleh sebab itu MBT dianggap sebagai komponen utama dalam angkatan bersenjata modern.

Hal tersebut berbeda dengan Tank yang dikategorikan sebagai “Light Tank”, setelah berakhirnya PD II tank jenis ini hanya digunakan untuk menjalankan satu peran spesifik saja, dan tidak bisa menjalankan peran Armored Warfare sacara umum. Sebagai contoh Alvis FV101 Scorpion, fungsi tank tersebut adalah kendaraan intai dan untuk memberikan batuan tembakan, sehingga  oleh Negara pembuatnya diklasifikasikan sebagai Combat Vehicle Reconnaissance Tracked, atau dalam bahasa Indonesianya kendaraan tempur intai beroda rantai, dengan demikian walaupun Tank Scorpion memiliki mobilitas yang tinggi, namun jangan berharap pada kemampuan perlindungan, karena lapisan pelindungnya terdiri dari alumunium, dan senjatanya hanya sebatas meriam kaliber 90 mm, apabila berhadapan dengan MBT sekelas PT-76 milik Malaysia atau Leopard 2A4 milik Singapura, tentu FV101 Scorpion memiliki peluang menang yang lebih kecil, karena tidak memiliki kemampuan  bertahan, maupun menyerang setara MBT (Leopard 2 dan PT-91 memiliki daya perlindungan yang lebih tinggi, karena zirah pada Leoprad 2 merupakan metal material komposit generasi ke 3 yang bisa menahan gempuran tembakan dari tank lain), sementara MBT mampu menandingi kemampuan mobilitas FV101 Scorpion (baik Leopard 2 dan PT-91 memiliki kecepatan maksimum hingga 60 kpj hanya terpaut sedikit oleh Scorpion yang memiliki kecepatan maksimum 70 kpj).

Dengan melihat fakta tersebut, sesungguhnya sudah jelas, dengan diakuisisinya MBT berarti hal tersebut memberikan peningkatan kemampuan bertempur bagi TNI AD, terutama dalam peran armored warfare, sehingga TNI AD mampu memukul, bertahan dan bergerak dengan cepat di medan tempur.

Mau Beli Alutsista Modern Kok dicurigai Korupsi?

[caption id="attachment_155270" align="alignnone" width="720" caption="Karena memiliki daya mobilitas yang luar biasa dan dilengkapi sistem penyetabil meriam modern, jangan heran klo MBT Modern bisa melompat sambil menembak. sumber gambar: http://destianariwibowo.blogspot.com/2011_07_01_archive.html"]

13263932302004388823
13263932302004388823
[/caption]

Ketika Pak Purnomo menyatakan bahwa TNI akan mengakuisisi MBT, saya yakin akan selalu ada yang kontra terhadap hal tersebut, dan hal ini nampaknya benar, DPR komisi satu contohnya Pak TB Hasanudin yang menyebutkan kondisi berbukit dan bergunung di Indonesia menyebabkan tank berat tidak cocok beroperasi di Indonesia, yang saya sedikit heran dari komentar beliau, memangnya seperti apa sih kondisi gunung dan bukit Indonesia yang menyebabkan MBT tidak bisa lewat? Nyatanya Negara-negara yang geografisnya berbukit-bukit dan bergunung di Eropa memiliki MBT, dan lebih jauh lagi Negara-negara tropis di Asia Tenggara yang kodisinya menyerupai Indonesia seperti Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja memiliki Main Battle Tank pada komponen angkatan bersenjatanya, dengan demikian justru Indonesia cukup tertinggal di bandingkan dengan rekan-rekan Asia Tenggranya dalam hal Armored Warfare.

Contoh paling lucu karena adanya kecurigaan tindak korupsi dalam pengadaan Leopard 2, sebagai mana disampaikan oleh Bapak Neta S Pane, hal tersebut diberitakan melalui situs berita Okezone. Menurut Bapak Pane, MBT Leopard adalah tank ketinggalan jaman dengan teknologi tahun 1980. Yah kalau mau berbicara jujur Leopard 2 memang pertama kali diproduksi tahun 1970-80an, namun yang namanya teknologi militer terus berkembang, begitu juga pada Tank, terlebih lagi yang akan kita akuisisi adalah Leopard 2 milik Angkatan Darat Belanda, yang merupakan varian A6 yang merupakan salah satu varian Leopard 2 paling mutakhir, sehingga kalau di bilang jadul yah ngak benar sama sekali. Anggapan lainnya oleh pak Pane, bahwa pada dasarnya kondisi geografis di Indonesia tidak memungkinkan mengoperasikan MBT seberat 60 Ton, nampaknya Pak Pane tidak mengetahui Negara-negara tetangga Indonesia adalah pengguna MBT, dan selama perang Vietnam, baik pasukan Vietnam Utara dan pasukan Vietnam Selatan beserta Amerika Serikat, menggunkan MBT sebagai elemen pemukul mereka, dan berbicara soal berat, kalau Pak Pane lihat ke daerah tambang di Kalimantan, Pak Pane bisa melihat bahwa kendaraan seberat 300 ton seperti Traktor pengeruk Komatsu PC 4000 di operasikan di daerah tambang batu bara, dan sepengetahuan saya Kalimantan adalah wilayah NKRI, jadi kalau kendaraan seberat 300 ton bisa masuk ke hutan di wilayah NKRI dan beroperasi disana, mengapa MBT seberta 60 ton tidak bisa? Terlebih lagi apabila di dukung pasukan zeni. Pak Pane juga menyebutkan “Tragisnya” Tank tersebut akan di tepatkan di kota-kota besar, sehingga dikhawatirkan akan digunakan untuk menghalau demonstran. Menyikapi hal ini saya cuma bisa berpesan, mohon segala sesuatu jangan dilihat dari teori konspirasi, terlebih lagi mencurigai tanpa disertai dasar argumen yang kuat, karena hal tersebut justru membuat segala sesuatu tampak seram, padahal itu bukan kenyataannya.

Kalau kita berpikir logis, suatu alutsista baru (terutama yang belum pernah kita miliki sebelumnya) tentu akan ditempatkan di wilayah yang dekat atau tersedia fasilitas pelatihan (untuk mempermudah pendidikan), fasilitas pemeliharaan (untuk mempermudah perwatan), fasilitas transportasi (terdapat pelabuhan besar untuk bersandar kapal sehingga bisa di mobilisasi ke seluruh wilayah NKRI apabila diperlukan), atau fasilitas produksi alutsista (biasanya terkait kemudahan mendapatkan logistik amunisi, atau keperluan perakitan alutsista), dan sejauh ini tentu fasilitas-fasilitas tersebut umumnya berada dekat dengan kota besar, oleh sebab itu MBT tersebut nantinya akan ditempatkan di dekat kota-kota besar (lha fasilitas pendukungnya banyak di situ), namun bukan berarti tidak biasa di mobilisasi ke seluruh wilayah Indonesia, toh TNI AD sendiri sebenaranya memiliki sejumlah kapal angkut untuk memobilisasi kendaraannya tempurnya, dan selain itu TNI AL juga memiliki Kapal Landing Platform Dock dan Landing Ship Tank untuk membawa kendaraan tempur melintasi laut.

Sebagai penutup, yang ingin saya sampaikan adalah pembelian MBT Leopard 2 dari belanda ini sesungguhnya adalah upaya yang dilakukan Kementerian Pertahanan dan TNI dalam memodernisasi alutsistanya, bukan asal-asalan membeli alutsista demi proyek, apalagi korupsi. Memaksa TNI AD tetap menggunakan Tank ringan atau Tank Medium sebagai pemukul, sama saja memaksa TNI AD untuk tetap berpatokan pada doktrin Armored Warfare ala PD II, yang jelas-jelas sudah tidak dipakai lagi, terlebih lagi apabila membatasi TNI AD cukup memiliki snjata lawan tank saja, itu sama saja membatasi kemampuan bertempur TNI AD pada pertahanan titik, yang jelas-jelas sudah kadaluarsa sejak taktik blitzkrieg ditemukan (lihat juga sejarah Maginot Line). Dengan demikian sebagai Warga Negara Indonesia yang ingin melihat negaranya memiliki kemampuan militer modern yang dapat menjaga kedaulatan negaranya, dan mendukung kemampuan diplomatiknya, saya sangat berharap agar pemblian MBT untuk TNI AD dapat diwujudkan.

Sumber:

http://news.okezone.com/read/2012/01/11/339/555114/kpk-diminta-awasi-proyek-pengadaan-100-tank-tni

http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/01/11/78189/TB-Hasanuddin-Membeli-Tank-Leopard-Percuma/14

http://www.komatsuamerica.com/excavators-PC4000-6#info

http://bpksdm.pu.go.id/SDI/main.php?lagi=200&page=potensi_alat&op=detail&id_prop=16

http://en.wikipedia.org/wiki/Leopard_2

http://en.wikipedia.org/wiki/AMX-13

http://en.wikipedia.org/wiki/FV101_Scorpion

http://en.wikipedia.org/wiki/PT-91

http://en.wikipedia.org/wiki/T-55#Vietnam_War

Zaloga, Steven J, Tank War Central Front: Nato  v. Warsaw Pact, Osprey: 1989.

Berbagai forum diskusi di Kaskus Forum Militer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun