Ketika Pak Purnomo menyatakan bahwa TNI akan mengakuisisi MBT, saya yakin akan selalu ada yang kontra terhadap hal tersebut, dan hal ini nampaknya benar, DPR komisi satu contohnya Pak TB Hasanudin yang menyebutkan kondisi berbukit dan bergunung di Indonesia menyebabkan tank berat tidak cocok beroperasi di Indonesia, yang saya sedikit heran dari komentar beliau, memangnya seperti apa sih kondisi gunung dan bukit Indonesia yang menyebabkan MBT tidak bisa lewat? Nyatanya Negara-negara yang geografisnya berbukit-bukit dan bergunung di Eropa memiliki MBT, dan lebih jauh lagi Negara-negara tropis di Asia Tenggara yang kodisinya menyerupai Indonesia seperti Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja memiliki Main Battle Tank pada komponen angkatan bersenjatanya, dengan demikian justru Indonesia cukup tertinggal di bandingkan dengan rekan-rekan Asia Tenggranya dalam hal Armored Warfare.
Contoh paling lucu karena adanya kecurigaan tindak korupsi dalam pengadaan Leopard 2, sebagai mana disampaikan oleh Bapak Neta S Pane, hal tersebut diberitakan melalui situs berita Okezone. Menurut Bapak Pane, MBT Leopard adalah tank ketinggalan jaman dengan teknologi tahun 1980. Yah kalau mau berbicara jujur Leopard 2 memang pertama kali diproduksi tahun 1970-80an, namun yang namanya teknologi militer terus berkembang, begitu juga pada Tank, terlebih lagi yang akan kita akuisisi adalah Leopard 2 milik Angkatan Darat Belanda, yang merupakan varian A6 yang merupakan salah satu varian Leopard 2 paling mutakhir, sehingga kalau di bilang jadul yah ngak benar sama sekali. Anggapan lainnya oleh pak Pane, bahwa pada dasarnya kondisi geografis di Indonesia tidak memungkinkan mengoperasikan MBT seberat 60 Ton, nampaknya Pak Pane tidak mengetahui Negara-negara tetangga Indonesia adalah pengguna MBT, dan selama perang Vietnam, baik pasukan Vietnam Utara dan pasukan Vietnam Selatan beserta Amerika Serikat, menggunkan MBT sebagai elemen pemukul mereka, dan berbicara soal berat, kalau Pak Pane lihat ke daerah tambang di Kalimantan, Pak Pane bisa melihat bahwa kendaraan seberat 300 ton seperti Traktor pengeruk Komatsu PC 4000 di operasikan di daerah tambang batu bara, dan sepengetahuan saya Kalimantan adalah wilayah NKRI, jadi kalau kendaraan seberat 300 ton bisa masuk ke hutan di wilayah NKRI dan beroperasi disana, mengapa MBT seberta 60 ton tidak bisa? Terlebih lagi apabila di dukung pasukan zeni. Pak Pane juga menyebutkan “Tragisnya” Tank tersebut akan di tepatkan di kota-kota besar, sehingga dikhawatirkan akan digunakan untuk menghalau demonstran. Menyikapi hal ini saya cuma bisa berpesan, mohon segala sesuatu jangan dilihat dari teori konspirasi, terlebih lagi mencurigai tanpa disertai dasar argumen yang kuat, karena hal tersebut justru membuat segala sesuatu tampak seram, padahal itu bukan kenyataannya.
Kalau kita berpikir logis, suatu alutsista baru (terutama yang belum pernah kita miliki sebelumnya) tentu akan ditempatkan di wilayah yang dekat atau tersedia fasilitas pelatihan (untuk mempermudah pendidikan), fasilitas pemeliharaan (untuk mempermudah perwatan), fasilitas transportasi (terdapat pelabuhan besar untuk bersandar kapal sehingga bisa di mobilisasi ke seluruh wilayah NKRI apabila diperlukan), atau fasilitas produksi alutsista (biasanya terkait kemudahan mendapatkan logistik amunisi, atau keperluan perakitan alutsista), dan sejauh ini tentu fasilitas-fasilitas tersebut umumnya berada dekat dengan kota besar, oleh sebab itu MBT tersebut nantinya akan ditempatkan di dekat kota-kota besar (lha fasilitas pendukungnya banyak di situ), namun bukan berarti tidak biasa di mobilisasi ke seluruh wilayah Indonesia, toh TNI AD sendiri sebenaranya memiliki sejumlah kapal angkut untuk memobilisasi kendaraannya tempurnya, dan selain itu TNI AL juga memiliki Kapal Landing Platform Dock dan Landing Ship Tank untuk membawa kendaraan tempur melintasi laut.
Sebagai penutup, yang ingin saya sampaikan adalah pembelian MBT Leopard 2 dari belanda ini sesungguhnya adalah upaya yang dilakukan Kementerian Pertahanan dan TNI dalam memodernisasi alutsistanya, bukan asal-asalan membeli alutsista demi proyek, apalagi korupsi. Memaksa TNI AD tetap menggunakan Tank ringan atau Tank Medium sebagai pemukul, sama saja memaksa TNI AD untuk tetap berpatokan pada doktrin Armored Warfare ala PD II, yang jelas-jelas sudah tidak dipakai lagi, terlebih lagi apabila membatasi TNI AD cukup memiliki snjata lawan tank saja, itu sama saja membatasi kemampuan bertempur TNI AD pada pertahanan titik, yang jelas-jelas sudah kadaluarsa sejak taktik blitzkrieg ditemukan (lihat juga sejarah Maginot Line). Dengan demikian sebagai Warga Negara Indonesia yang ingin melihat negaranya memiliki kemampuan militer modern yang dapat menjaga kedaulatan negaranya, dan mendukung kemampuan diplomatiknya, saya sangat berharap agar pemblian MBT untuk TNI AD dapat diwujudkan.
Sumber:
http://news.okezone.com/read/2012/01/11/339/555114/kpk-diminta-awasi-proyek-pengadaan-100-tank-tni
http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/01/11/78189/TB-Hasanuddin-Membeli-Tank-Leopard-Percuma/14
http://www.komatsuamerica.com/excavators-PC4000-6#info
http://bpksdm.pu.go.id/SDI/main.php?lagi=200&page=potensi_alat&op=detail&id_prop=16
http://en.wikipedia.org/wiki/Leopard_2
http://en.wikipedia.org/wiki/AMX-13