Mohon tunggu...
ajid azman
ajid azman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa

Sedang pada fase pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mendaki Tak Seindah Ekspektasi

16 Juni 2021   00:20 Diperbarui: 16 Juni 2021   00:22 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendaki adalah salah satu kegiatan yang digemari oleh masyarakat baik yang muda ataupun yang lanjut usia. Apabila anda adalah salah satu pendaki maka anda perlu juga menaklukan Gunung Sumbing Jawa Tengah. 

Gunung Sumbing memiliki ketinggian 3.371 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan dijuluki sebagai titik tertinggi kedua di Provinsi Jawa Tengah setelah Gunung Slamet. 

Ada banyak jalur pendakian untuk sampai Puncak Gunung Sumbing, antara lain Garung, Capit Parakan, Butuh Kaliangkrik, Bowongso, dan Sipetung.

Karena terlalu banyak uang saya dan 3 teman saya berencana mendaki Gunung Sumbing, kami memilih jalur pendakian via Butuh Kaliangkrik Magelang, karena Dusun Butuh belakangan memang dikenal sebagai Nepal van Java karena keindahan pemandangan rumah penduduk seolah bertumpuk di lereng gunung, seperti di Negara Nepal.

Setibanya disana pukul 12.00 kami langsung mengisi registrasi dan langsung melanjutkan perjalan menuju pos-1 memakan waktu sekitar 2 jam, jika anda ingin mempersingkat perjalanan menuju pos-1 anda bisa naik ojek seharga 20.000 per orang.

Sesampainya di pos-1 kami berempat bersantai memanjakan otot otot kaki kami dan meminum air mineral sambil tangan kiri memegangi sebat. Ditengah tengah canda gurau kami Ilham mencletuk "wah mendung nih bro, besok kayaknya dipuncak juga mendung" , "jangan ngomong kayak gitu ham, nanti jadi kenyataan". Saut saya. Kahfi meneruskan "udah ayok naik lagi sambil ngabisin rokok" , kami bertigapun mengiyakan ajakan Kahfi.

Kamipun melanjutkan perjalanan menuju pos-2 disana kami menjumpai pendaki lain, saling sapa antar pendaki menjadi ciri khas ataupun hanya sekedar memberi semangat walaupun tidak mengelanya. Hari sudah mulai meredup, matahari samar samar menghilang ditambah hawa dingin mulai menembus jaket tebal yang kami pakai. Dari pos-2 menuju pos-3 tidak terlalu memakan banyak tenaga karena jalurnya datar tidak terlalu naik. Tapi dari pos-3 menuju pos-4 adalah trek yang berat didominasi dengan medan tanah, medan mulai terbuka dengan kanan kiri adalah semak, malam hari akan terasa sangat dingin bagi kami. Setelah berjalan sekitar 2jam dari pos-3, kami tiba di pos-4. Saya melihat jam pada ponsel menunjukan angka 9:36, sesampainya di pos-4 kabut menyelimuti puncak dan angin bertiup kencang menyulitkan kami mendirikan tenda.

Setelah tenda berdiri tegak kami mulai memasak dan menghangatkan badan dengan menyeduh kopi saset yang kami bawa dari rumah dan menghabiskan 3 sampai 4 rokok. 

Hawa malam mulai mengajak untuk tidur, kami ber empat tidur disatu tenda yang sama. 

Untuk menuju punjak Gunung Sumbing kami mengharuskan untuk bangun jam 4:00 pagi karena karus melakukan summit attack Kepuncak Sejati. Puncak terdekat yang bisa dicapai via jalur Butuh, Kaliangkrik, Magelang, adalah Puncak Sejati. Gunung Sumbing sendiri punya bebera puncak lain, seperti Puncak Rajawali, Puncak Kawah, dan Puncak Buntu.

Kita harus menempuh satu jam untuk bisa sampai ke Puncak Sejati dengan membawa ransel dan bekal yang lainya karena di puncak tidak boleh mendirikan tenda. Kami berharap bisa mendapatkan golden sunrise atau lautan awan tapi saat kita bangun dan keluar tenda kabut teballah yang pertama menyambut kita keluar dari tenda.

Saya menepuk pundak Ilham seraya berkata "tuh kan kabut ham, kamusih kemarin bilang kabut gitu sih kan jadi kenyataan" Ilham menjawab "yah emangkan kemarin aja udah berkabut gimana lagi dong" Mufit bertanya pada Kahfi "fi gimana ni lanjut puncak atau ditenda aja?" Kahfi menjawab pertanyaan Mufit "naik aja yuk nangung udah sampai sini nggak sampe puncak". Mufitpun menerima ajakan dari Kahfi dan mengajak Saya dan Ilham untuk naik kepuncak Sejati.

Sampailah kita dipuncak kita berfoto foto ria dengan ekspektasi backraund Gunung Merbabu, Merapi, dan Ungaran tapi kenyataanya adalah kabut tebal dan angin kencang. Tetapi kita tetap bisa tertawa dan bersyukur masih bisa menggapai dan menaklukan Gunung Sumbing walau tak sesuai ekspektasi kita.

Cobalah untuk menikmati perjalanan panjang yang kita lakukan, cobalah untuk mengambil pelajaran berharga dari pendakian yang sangat melelahkan, dan cobalah untuk menikmati alam tanpa mengharapkan kondisi ideal tertentu yang ada dalam pikiran. Jika dinikmati dengan ikhlas, seburuk apapun cuacanya dan sejelek apapun pemandangannya, alam pegunungan tetap merupakan satu hal yang sangat berharga untuk dinikmati, karena tak setiap hari kita bisa datang ke sana, dan tak setiap orang bisa menginjakkan kaki serta menghirup udara segar di atas sana. Biarlah keindahan-keindahan semacam golden sunrise atau pemandangan lautan awan yang megah menjadi bonus tersendiri atas pendakian penuh pengorbanan yang telah kita lakukan. Perjalanan pendakian yang kita lakukan dengan penuh pengorbanan terlalu berharga untuk diisi dengan kekecewaan dan penyesalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun