“Akhir kisah, dan memang inilah yang harus terjadi ketika satu per satu suami-suamiku meninggalkanku dalam perjalanan ke inderaloka” jawab Drupadi setengah bergumam, seolah gamang dengan pernyataannya sendiri.
“Suami-suami...” pikiranku disesakkan dengan bayangan lima pandawa yang perkasa, memperistri seorang Drupadi. Mataku nanar menatap lidah-lidah api yang semburat cahayanya mengusir sengatan dingin malam Himalaya. Drupadi menatapku tajam. “ tergantung bagaimana engkau menilai” ujarnya kemudian. Lalu kuberpaling menatap Drupadi..ah wajah tuanya yang masih rupawan terlalu menawan sehingga kutundukkan pandanganku.
“Tergantung bagaimana engkau menilai” ulangnya lagi. “Bagi sebagian adat tentu menganggapku perempuan lacur karena bersuamikan lima lelaki, namun itu demi kepatuhan para suamiku terhadap ibunda Dewi Kunti”.
Poliandri, bagi akalku sangat sulit dimengerti. Sedangkan poligami saja tidak dapat diterima oleh sebagian orang dan budaya masyarakat tertentu. Namun kuarahkan persepsiku pada titik nol, toh nilai-nilai terhadap segala peristiwa adalah karya cipta manusia semata.
“semua yang terjadi di jagad mayapada ini adalah hanya sekedar peristiwa, engkaulah yang memberi arti bagi peristiwa itu apakah baik..ataukah buruk, tergantung bagaimana engkau menilai. Pengalaman dan didikan yang engkau terima yang menjadi tolok ukur terhadap peristiwa sehingga engkau dapat memberi penilaian baik atau burukkah peristiwa atau keadaan itu. Tapi tak lebih, semua hanyalah sekedar peristiwa dan akan menjadi ithiasa bagi generasi selanjutnya” ujar Drupadi sambil mengembangkan senyumnya seolah membaca alam pikiranku. Dalam hati aku membenarkan ungkapannya, semua tergantung dari mindset kita sendiri. Bagi yang dapat menerima dan membenarkan poligami, tentu poligami bukanlah hal yang aneh. Demikian juga terhadap poliandri, tergantung mindset kita dalam memberikan penilaian.
“Dan bagiku, aku mencintai kelima suamiku...yang kutahu demikian”, seloroh Drupadi kemudian.
“Only the status of a Queen … But they all have gone” Puisi itu kembali berkecamuk, menggigit bagai sengatan dingin yang menderaku saat ini.
“Puan telah dipertaruhkan” desahku. “oleh ayah paduka raja Drupad dalam swayamvara”
“Dan Arjuna telah memenangkan pertaruhan itu..” sahut Drupadi.
“Kemudian dalam pertandingan dadu antara Yudhistira dengan Dursasana..” lanjutku kemudian.
“Paduka telah dipermalukan tatkala Yudhistira telah dikalahkan”
“Ya, tapi Krishna telah menyelamatkanku” tukas Drupadi.