Dengan gagah berani Bung Hatta membacakan pidato "Indonesia Merdeka" yang ia tulis di persidangan yang diselenggarakan tanggal 9 Maret 1928.
Berkat pidato tersebut, Mohammad Hatta dibebaskan dan tidak dijatuhi hukuman apa pun. Artinya, kekuatan pikiran yang dituangkan Bung Hatta dalam pidato pembelaannya tersebut, mampu menggugah pemerintah kolonial Belanda. (Sumber)
Saya tidak habis pikir kalau saat ini banyak kaum intelektual justeru berbanding terbalik cara berpikirnya dengan Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka lebih senang menempuh cara-cara yang tidak hormat, dalam memperjuangkan ketidakpuasan mereka terhadap penguasa.
Seperti yang dilakukan seorang ekonom senior, dan juga akademisi, memprovokasi para menteri agar mundur dari jabatan menteri. Itu dia lakukan hanya atas ketidakpuasan terhadap keadaan. Padahal, seharusnya dia bisa lakukan dengan cara-cara yang lebih intlek dan sesuai dengan kapasitasnya.
Jadi benarlah kalau dikatakan Romo Mangunwijaya, bahwa generasi Soekarno-Hatta jauh lebih baik dari generasi sekarang ini. Soekarno-Hatta, pikiran-pikirannya yang dituangkan dalam tulisan, mampu mendobrak tirani kekuasaan.
Saya sudah pernah membuktikan, bahwa kekuatan pikiran yang dituangkan dalam tulisan mampu mendobrak tirani kekuasaan. Selama apa yang disampaikan realistis dan mampu menggugah perasaan. Bukan menyampaikan kebencian dan ketidaksukaan pada penguasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H