Debat Capres merupakan aksi panggung yang menampilkan Pasangan Calon (Paslon) yang mengikuti kontestasi Pilpres 2024. Tim Sukses ataupun konsultan politik masing-masing Paslon, pastinya mempersiapkan dan membekali Paslonnya dengan berbagai cara agar menarik perhatian publik.
Dari panggung Debat Capres Ketiga yang diselenggarakan pada, Minggu malam (7/1/2024), menurut pandangan penulis ada drama yang sengaja diciptakan. Dari tiga Capres yang tampil di atas panggung Debat Capres, kentara terlihat Prabowo tidak tampil segagah tampilannya di 2 Pilpres sebelumnya.
Berbeda dengan tampilan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan yang tampil sangat elegant. Menurut penulis, tampilan Prabowo seperti itu memang 'by design', sengaja direncanakan. Prabowo harus menuai 'empati' publik, harus tidak sama dengan Ganjar dan Anies.
Dalam interaksi di atas Panggung Debat Capres, pada kenyataannya Prabowo terlihat bak 'pesakitan' yang didonder Ganjar dan Anies dengan berbagai pertanyaan . Prabowo terlihat sangat mengenaskan. Situasi interaksi tersebut adalah bagian dari 'Dramaturgi'.
Menurut penulis, Tim Sukses ataupun Konsultan Politik Prabowo-Gibran berhasil menyutradarai akting Prabowo di atas Panggung Debat Capres. Paskadebat, Prabowo banyak menuai empati publik. Sebaliknya, apa yang dilakukan Ganjar dan Anies menuai antipati (sentimen negatif) dari yang berempati pada Prabowo.
Apa itu Dramaturgi?
Menurut Erving Goffman, pencetus Dramaturgi:
Teori Dramaturgi merupakan sebuah teori yang menjelaskan bahwa di dalam kegiatan interaksi satu sama lain sama halnya dengan pertunjukkan sebuah drama. Dalam hal ini, manusia merupakan aktor yang menampilkan segala sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu melalui drama yang dilakukannya.
Goffman juga menyatakan, bahwa teater dan drama mempunyai makna yang sama dengan interaksi sosial dalam kehidupan manusia.
Sebagian orang yang menonton pertunjukan Debat Capres Ketiga yang baru lalu, menganggap Debat Capres Ketiga sangat menarik. Sebagian lagi beranggapan sebaliknya, kecewa dan merasa kasihan melihat Prabowo terzolimi.
Layaknya tokoh protagonis di dalam sinetron drama, Prabowo malah menuai empati publik. Sebaliknya, Ganjar dan Anies menjadi tokoh antagonis yang menuai antipati. Benarkah demikian? Bagaimana dampaknya setelah Debat Capres terhadap elektabilitas Prabowo-Gibran, Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud?
Elektabilitas Ketiga Paslon paska Debat Capres Ketiga
Jejak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas, paska Debat Capres Ketiga mayoritas responden tetap pada pendiriannya untuk memilih calon presiden (capres) sesuai pilihannya.
Berdasarkan survei yang berlangsung Minggu (7/1/2024) itu, sebanyak 77,5 persen responden menyatakan tidak mengubah arah dukungannya setelah menyaksikan debat ketiga Pemilu Presiden 2024 yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, Minggu malam. "Nah mungkin jika kita lihat angkanya saja, itu terlihat tidak terlalu besar (pemilih yang berubah pikiran) sekitar 10 persen. Karena memang tiga per empat dari publik itu sudah bisa dibilang sudah cukup mapan pilihannya," tulis Peneliti Litbang Kompas Rangga Eka Sakti dikutip dari Kompas.id, Senin (8/1/2024). (Sumber)
Kenyataannya, Debat Capres Ketiga dan Dramaturgi yang terkemas di dalamnya, tidaklah terlalu besar pengaruhnya pada elektabilitas ketiga Paslon. Meskipun Prabowo dianggap banyak meraih empati publik tidak terlalu memengaruhi elektabilitasnya. Begitu juga dengan Ganjar dan Anies. Tidak terlalu besar jumlah pemilih yang mengalihkan pilihannya.
Tapi, sebagai sebuah strategi untuk menarik empati publik, menjadikan Prabowo sebagai sosok yang terzolimi dianggap berhasil. Berkaca pada apa yang dialami Jokowi pada 2 kali Pilpres, yang sangat terzolimi oleh pendukung Prabowo saat itu. Sehingga, Jokowi banyak meraih empati publik. Meskipun tagar #AsalBukanJokowi begitu kuat di media sosial, tagar tersebut tidak memengaruhi pilihan pemilih Jokowi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI