Dituduh sebagai yang mengkudeta AHY, kok Moeldoko malah panen simpati, sehingga banyak mendapatkan kiriman karangan bunga. Padahal AHY pada posisi yang terzolimi, tapi malah tidak mendapatkan karangan bunga.Â
Pertama kali berita tentang Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko banyak menerima karangan bunga, sempat dicibir banyak nettizen, karena dianggap penuh rekayasa.
Pada kenyataannya, sampai hari ini di pekarangan kediaman Moeldoko terus bertambah kiriman karangan bunga. Karangan bunga ini berdatangan dari berbagai lapisan masyarakat.
Ada yang dari Koperasi Kelompok Pemuda Tani, Sukarelawan, pengusaha, dan msyarakat umum yang berisi dukungan moril kepada Mantan Panglima TNI di era Pemerintahan SBY paska bergulirnya isu kudeta terhadap Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Seperti dilansir Republika.co.id, berbagai ucapan bertuliskan,
"Maju terus Pak Moeldoko, salah satu putra terbaik bangsa," tulis salah satu pesan dalam karangan bunga yang ada di Jalan Terusan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (12/2).
"Maju terus, pantang mundur," tulis pernyataan lainnya
Dukungan moril tersebut rerata hampir senada, yang umumnya memberikan semangat pada Moeldoko. Bahkan ada dukungan yang diberikan warga Indonesia yang tinggal di Australia, juga dukungan dari sukarelawan Presiden Jokowi.
Ada apa ini sebenarnya? Kok yang dituduh melakukan kudeta terhadap AHY, malah banjir dukungan, sementara AHY yang hampir menjadi korban kudeta malah tidak mendapatkan dukungan dari kalangan luar Partai Demokrat?
Memang belum bisa dibuktikan, apakah benar karangan bunga yang berjibun di pekarangan rumah Moeldoko itu, adalah merupakan rekayasa untuk menaikkan simpati masyarakat pada Moeldoko. Atau cuma akal-akalan orang dilingkaran Moeldoko?Â
Dengan terus bertambahnya karangan bunga di pekarangan rumah Moeldoko setiap harinya, sulit juga untuk dikatakan sebagai upaya mengangkat citra Moeldoko, agar masyarakat menaruh simpati pada Moeldoko.
Umumnya yang mendapat simpati seperti itu adalah pihak yang terzolimi, namun sebaliknya ini tidaklah demikian. Moeldoko sebagai pihak yang ingin mengkudeta AHY, malah panen kiriman karangan bunga.
Dituduh sebagai pihak yang ingin mengkudeta Ketua Umum Partai Demokrat, Moeldoko sudah membantahnya. Meskipun kesaksian dan testimoni berbagai pihak Demokrat, meyakini gerakan tersebut melibatkan orang yang berada di lingkaran Istana.
Kalau acuannya elektabilitas, mungkin Moeldoko belum bisa mengimbangi AHY, tapi sebagai sebuah ikhtiar politik tidak ada salahnya kalau Moeldoko ingin mengimbangi AHY.
Tidak ada yang tidak mungkin di dalam politik, yang tidak mungkin bisa saja menjadi mungkin. Begiti juga sebaliknya, karena politik itu sendiri merupakan 'seni kemungkinan.'
Tidak ada yang menduga kalau Jokowi menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke 7, karena secara latar belakang, dan penampilan fisik diragukan banyak orang. Tapi pada kenyataannya sekarang Jokowi sudah masuk periode kedua sebagai Presiden RI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H