Dengan terus bertambahnya karangan bunga di pekarangan rumah Moeldoko setiap harinya, sulit juga untuk dikatakan sebagai upaya mengangkat citra Moeldoko, agar masyarakat menaruh simpati pada Moeldoko.
Umumnya yang mendapat simpati seperti itu adalah pihak yang terzolimi, namun sebaliknya ini tidaklah demikian. Moeldoko sebagai pihak yang ingin mengkudeta AHY, malah panen kiriman karangan bunga.
Dituduh sebagai pihak yang ingin mengkudeta Ketua Umum Partai Demokrat, Moeldoko sudah membantahnya. Meskipun kesaksian dan testimoni berbagai pihak Demokrat, meyakini gerakan tersebut melibatkan orang yang berada di lingkaran Istana.
Kalau acuannya elektabilitas, mungkin Moeldoko belum bisa mengimbangi AHY, tapi sebagai sebuah ikhtiar politik tidak ada salahnya kalau Moeldoko ingin mengimbangi AHY.
Tidak ada yang tidak mungkin di dalam politik, yang tidak mungkin bisa saja menjadi mungkin. Begiti juga sebaliknya, karena politik itu sendiri merupakan 'seni kemungkinan.'
Tidak ada yang menduga kalau Jokowi menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke 7, karena secara latar belakang, dan penampilan fisik diragukan banyak orang. Tapi pada kenyataannya sekarang Jokowi sudah masuk periode kedua sebagai Presiden RI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H