Anies Baswedan pun dengan lantang menyampaikan kritikannya. "(Itu) seolah-olah kami mengusulkan proyek yang membutuhkan studi kelayakan," ucapnya kepada The Jakarta Post, seperti dikutip dari The Economist.
Adanya persepsi rivalitas antara Jokowi dan Anies, sangat menguntungkan Anies, yang nota bene adalah seorang kandidat Presiden, sehingga muncullah persepsi terhadap Anies yang lebih Presiden dari Presiden.
Kalau dibilang Presiden Indonesia Punya Saingan Baru, seperti yang dikatakan The Economist, ya wajar-wajar saja. Konstruksi pemikiran kearah sana memang sudah dibangun sedemikian rupa, untuk kepentingan elektoral Anies menuju Pilpres 2024.
Namun sebetulnya saingan Anies bukanlah Presiden Jokowi, saingan Anies tetaplah calon Presiden 2024. Presiden Jokowi hanya menjadi 'bantalan' bagi Anies untuk menaikkan reputasinya, dengan mengeksploitasi kelemahan Presiden Jokowi.
Anies tidak ingin memakai istilah 'New Normal' yang dipakai Presiden Jokowi, dia membuat istilah sendiri dengan PSBB transisi, itulah makanya dia tetap memperpanjang PSBB di DKI Jakarta, dan Jokowi sudah antisisipasi tidak menerapkan New Normal di DKI Jakarta terlebih dahulu.
Memang ada kesan Presiden Jokowi agak hati-hati menghadapi Anies, bahkan ada kecenderungan untuk menghindari. Bisa dibayangkan kalau new normal diterapkan di Jakarta terlebih dahulu, tiba-tiba Anies masih terus memperpanjang PSBB, maka akan menampar muka Presiden Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H