Utamnya tentu bukan itu yang menjadi target Refly, karena sebelumnya dia memang merupakan sosok yang vokal. Meskipun masuk dalam jajaran pejabat publik, namun dia total melancarkan kritiknya pada pemerintah, manakala ada kebijakan yang tidak berkenan dihatinya.
Secara positif, alangkah baiknya juga Refly memilih narasumber yang netral, agar apa yang disampaikan melalui channel YouTube-nya, tidak melulu hal-hal yang verbal sakit hati terhadap pemerintah.
Publik harus diedukasi dan dibiasakan menerima pendapat yang berimbang. Untuk turut serta membangun karakter bangsa, media seperti itu sangat diperlukan.
Kalau apa yang disampaikan melulu hal-hal yang berbau sakit hati pada pemerintah, maka segment pemirsanya hanya terbatas pada para pembenci pemerintah. Segment ini penulis pikir tidaklah terlalu banyak.
Banyaknya subscribe yang bisa didapat, sangat dipengaruhi content yang disajikan. Content yang bisa dinikmati banyak publik, tentunya akan memberikan kontribusi dalam penambahan subscriber.
Penulis tidak yakin kalau seorang Youtuber tidak berorientasi pada banyaknya subscriber, karena seseorang mau menjadi Youtuber niat awalnya jelas untuk memperoleh subscriber sebanyak mungkin, demi meningkatkan penghasilan.
Tentulah Refly Harun memilih berprofesi sebagai Youtuber bukan karena ingin kaya seperti Baim Wong atau Atta Halilintar, tapi paling tidak penghasilan sebagai Youtuber sangatlah menggiurkan.
Saran penulis, alangkah baiknya kalau Refly Harun juga mewawancarai narasumber yang bernas, yang mampu memberikan wawasan yang lebih kepada masyarakat, tidak semata-mata menumpahkan uneg-uneg lewat channel YouTube-nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H