Banyak media yang hampir menemui ajalnya, terlebih lagi dimasa Pandemi corona. Tidak ada lagi media yang bisa bertahan atas dasar idealisme, tidak idealis saja sulit untuk bertahan.
Tidak aneh kalau pada akhirnya bermunculan media-media buzzer, yang berada dalam barisan koor satu suara. Bahkan bukan rahasia umum lagi kalau ada jurnalis terperangkap dalam transaksi menerima pesanan narasi, demi kelangsungan periuk nasi dimasa pandemi.
Bukan cuma media-media di Indonesia, media asing pun tidak semuanya masih memegang teguh idealisme jurnalistik. Bisa dilihat seperti apa narasi yang disemburkan media asing, yang menyoroti situasi politik dalam negeri Indonesia akhir-akhir ini.
Bisa saja media asing tersebut pun menjadi bagian penyebaran propaganda firehose of The Falsehood. Sebetulnya sangat mudah dibaca pesanan narasi yang rerata sangat seragam. Muara dari semburan dusta tersebut tetap sama, yakni delegitimasi kekuasaan yang sah.
Memang sulit dibuktikan, tapi bisa dirasakan, dan siapa bos besar dari skenario besar ini? Itu pun tidak mudah untuk diketahui, tapi setidaknya bisa diraba siapa-siapa saja yang hajat hidup, bisnis, dan kepentingan politiknya yang terganggu oleh sepak terjang rezim berkuasa saat ini.
"Tujuan kita dalam pembangunan negara adalah kebahagiaan bagi keseluruhan, dan bukan kebahagiaan satu kelas saja." -- Plato
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H