Coba lihat, seberapa kuat publik meributkan soal penebangan pohon pada revitalisasi monas? Anies sudah tahu kalau kasak-kusuk soal itu hanya bersipat sesaat. Mau dikemanakan pun pohon-pohon tersebut, cepat atau lambat akan hilang sendiri dari pembicaraan publik.
Mau jadi mebel atau jadi bangke sekalipun kayu mahoni dan jati yang sudah ditebang, bukan lagi persoalan. Apalagi nantinya kalau publik sudah melihat hasil dari revitalisasi monas tersebut.
Kontroversi soal revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), yang ditentang oleh para seniman, karena seniman tidak ingin TIM dikomersialkan. Dengan dikelola oleh Jakarta Propertindo, BUMD pemprov DKI dan para seniman menolak adanya pembangunan hotel Bintang Lima. Dengan sangat mudah Anies mengatasinya, cukup menganti diksi 'Hotel' menjadi 'wisma', maka habis perkara.
Artinya, berkat kecerdikan Anies, tidak ada satu pun rencananya yang terhambat. Meskipun pada awalnya semua menimbulkan kontroversi. Gimana mau dibilang gubernur terbodoh, kalau pada kenyaataan dia mampu lolos dari berbagai persoalan yang dihadapinya dengan sangat elegant. Tidak satu orang pun bisa menghalanginya, termasuk juga Presiden Jokowi.
Di bawah pemeritahan Anies Baswedan, DPRD DKI juga bertekuk lutut. Hanya saja cara Anies berbeda dengan cara Ahok dalam meredam DPRD DKI. Selama DPRD DKI cuma merasa kecolongan setiap saat, maka selama itu pula fungsi DPRD DKI dipertanyakan rakyat yang memilih mereka.
Anies benar-benar seperti kafilah yang terus berlalu, ditengah-tengah anjing yang terus menggonggong. Apakah ingin tetap menjadi anjing yang terus menggonggong, atau mau menjadi tikus yang ikut menikmati kue yang akan disajikan Anies?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H