Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Rasa Presiden" dan Hiperealitas Politik Citra

29 Januari 2020   08:17 Diperbarui: 29 Januari 2020   11:43 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal sebelum ikut kontestasi politik, penampilannya biasa saja, tidak ada kesan kalau sang kandidat adalah seorang yang agamis, tapi demi memenangkan kontestasi, dan sangat tahu kalau masyarakat yang sangat mabuk agama, maka dikemaslah sang kandidat seolah-olah seorang yang agamis.

Hiperealitas politik citra itu ada karena kecenderungan masyarakat, yang memang menyukai kepalsuan yang otentik, senang memilih sesuatu karena bagusnya kemasan, bukanlah karena isinya. Akibatnya kandidat yang benar-benar otentik, tersingkir dari kontestasi.

Begitu kandidat yang dipilih karena melihat apa yang dicitrakan terpilih, dan mulai bekerja, barulah tahu kalau selama ini mereka cuma terhipnotis oleh apa yang sudah dicitrakan, kenyataannya tidaklah sesuai dengan apa yang di fantasikan. Apalagi pada akhirnya, kandidat yang dipilih masuk bui karena kasus korupsi.

Hiperealitas politik citra tidaklah mendidik masyarakat berpolitik secara sehat, pembodohan politik yang diakibatkannya sangat memprihatinkan. Masyarakat tidak lagi bisa membedakan mana yang otentik dan mana yang palsu.

Sumber:
Buku Komunikasi Politik di Era Industri Citra, Gun Gun Heryanto, M.Si, halaman 49, Artikel "Hiperealitas Politik Citra"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun