Prolog
Aini sayang..saat kamu sudah bisa melihat, mungkin kamu tidak menemukan mas disisi kamu, mas sudah pergi jauh dan tidak akan pernah kembali disisi kamu.
"Sayangku, tolong jaga baik-baik bola mataku ya...itulah tanda cintaku"
~Bimo~
Seketika Aini terguncang saat tahu kalau Bimo mendonorkan kornea matanya untuk Aini. Hal itu baru diketahui Aini setelah dia membaca surat dari Bimo. Janjinya terhadap Bimo tidak bisa dia penuhi.
Isi surat yang ditulis Bimo sangat mengguncang hati, dia bisa melihat tapi dia merasa tetap seperti buta, karena selama ini Bimo adalah merupakan mata bagi Aini. Bimo selalu menuntun Aini dijalan kebaikan, dan mengajarkan segala kebaikan.
Tuhan memang maha kuasa, atas kehendak-Nya, Aini bisa melihat berkat donor kornea mata Bimo. Suatu ketika Bimo pernah bertanya,
"Aini kalau kamu bisa melihat kembali..apa yang akan kamu inginkan.."
"Menikah dengan kamu.."
Diluar sepengetahuan Aini, Bimo kekasihnya mendaftarkan diri sebagai pendonor kornea mata untuk Aini. Namun tidak lama setelah itu, Bimo meninggal dunia karena kecelakaan di kampungnya. Sebelum meninggal Bimo berpesan kepada keluarganya bahwa dia sudah mendonorkan matanya untuk kekasihnya Aini di Jakarta.
Bimo juga berpesan agar bisa menjaga jangan sampai Aini tahu kalau dia sudah meninggal. Sebelum meninggal, Bimo menulis surat untuk Aini, surat itu boleh diberikan sama Aini kalau dia tahu bahwa Bimo sudah tiada.
BAB I. MELIHAT DUNIA
Aku biasa dipanggil dengan Aini, mungkin nama itu adalah doa dari orang tuaku, karena Aini itu identik dengan 'mata', dengan nama itu orang tuaku berharap agar aku bisa melihat dunia beserta isinya, bisa mengenal Sang Pencipta dunia dengan segala keindahannya.
Namun pada kenyataannya, aku tidak bisa melihat, aku tuna netra. Tapi sejak aku tahu keterbatasan dan kekuranganku, aku menjadi tambah kuat, aku tidak ingin menyerah dengan semua keterbatasan tersebut. Aku tidak ingin dianggap orang yang lemah karena keterbatasan itu.
Meskipun aku buta, namun aku tidak ingin dianggap buta, aku berusaha agar tetap bisa membaca dan melihat dunia dengan mata batinku. Aku sangat menikmati itu, karena aku lebih peka, lebih sensitif, dan bisa merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Aku tidak suka dikasihani hanya karena kekuranganku, itulah yang menyebabkan aku jatuh cinta pada Bimo kekasihku, yang sekarang pergi meninggalkanku selamanya. Dia mencintaiku bukan karena kasihan, bukan karena kecantikanku, dia mencintaiku karena aku wanita yang kuat, wanita yang penuh percaya diri.
Nanti aku akan ceritakan bagaimana perkenalanku dengan Bimo. Bimo bagiku adalah sebuah kesetiaan dalam mencinta, yang tidak melihat dan mengukur cinta dari kelebihan dan kekurangan, baginya mencintai itu tanpa syarat.
Bimo matahari bagiku, dia selalu bisa menghangatkan hatiku disaat jiwaku mendung dirundung segala keresahan. Dia memberikanku semangat disaat aku merasa terpuruk oleh keadaan, dia menguatkanku disaat aku sedang lemah.
Dia mengenalkanku tentang Kekuasaan dan Kemahaesaan Tuhan, itulah yang membuatku yakin untuk terus bertahan hidup. Dia mengajarkanku beribadah kepada Tuhan, agar aku selalu kuat menghadapi berbagai cobaan-Nya. Dia begitu sabar menghadapi segala kesombonganku ditengah keterbatasanku.
Bimo pernah mumujiku yang membuat aku begitu melambung, dan itu menurutnya bukan pujian, tapi sebuah pengakuan yang merupakan refleksi dari perjalanan hubungan yang sudah kami jalankan selama dua tahun. Bagaimana aku tidak melambung ketika dia mengatakan,
"Aini..bagiku kamu adalah mata hatiku untuk melihat semua kejujuran dan kebenaran..karena kamu begitu peka melihat kedua hal itu meskipun mata kamu tidak melihat"
Kata-kata inilah yang selalu terngiang dibenakku, sekaligus menghujam jantungku setelah aku bisa melihat, karena aku tidaklah seperti apa yang dikatakannya, aku tidak bisa menerima kenyataan, aku tidak jujur dalam melihat kebenaran, aku tidak kuat ditinggalkan Bimo yang sudah berkorban padaku demi cintanya.
Dia begitu ingin aku bisa melihat keindahan dunia, namun sayangnya begitu aku bisa melihat dunia, dia malah pergi meninggalkanku. Dia bisa menerimaku apa adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Sebuah surat yang ditinggalkannya setelah aku bisa melihat, membuat aku terhenyak,
"Sayangku, tolong jaga baik-baik bola mataku ya...itulah tanda cintaku"
Bagaimana hatiku tidak teriris, aku pernah berjanji padanya kalau aku bisa melihat, aku bersedia menikah dengannya, karena aku tidak ingin jika menikah dalam keadaan masih buta, akan menjadi beban hidupnya. Padahal dia sendiri tidak pernah keberatan menerimaku apa adanya.
Aku tidak pernah menduga kalau dia bersedia mengorbankan matanya demi agar aku mau menikah dengannya, aku pikir dia akan mengusahakan donatur mata dari pihak lain. Begitulah dia mengagungkan cintanya kepadaku, namun aku bukanlah orang yang sebaik perkiraannya.
Aku seperti manusia pada umumnya, yang berubah saat status hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat kepada siapa harus berterima kasih, karena telah menyertai dan membantu menopang, bahkan di saat yang paling menyakitkan.
Hidup adalah anugerah Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar, Ingatlah akan seseorg yang tidak bisa berbicara. Sebelum engkau mengeluh tentang cita rasa makananmu, Ingatlah akan seseorg yang tidak punya apapun untuk dimakan.
Sebelum engkau mengeluh tentang suami atau isterimu, Ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan meminta pasangan hidup.
Sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat dipanggil Allah SWT, Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi belum mendapatnya.
Sebelum engkau bertengkar karena rumahmu yang kotor dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai, Ingatlah akan orang gelandangan yang tinggal di jalanan.
Sekarang Tuhan takdirkan aku untuk menggunakan mata Bimo, agar aku bisa terus merasakan cintanya. Entah sampai kapan aku harus terus merasa kehilangannya, aku harus menebus semua kebaikan Bimo, dan siap berkorban apapun demi cintaku pada Bimo.Â
Dengan bisa melihat dunia aku berharap bisa dengan mudah untuk menemukan penggantinya.
Aku harap dengan menggunakan mata Bimo, aku bisa dimudahkan menemukannya suatu saat. Aku butuh terus melanjutkan hidup apa lagi sekarang aku sudah bisa melihat. Namun diluar dugaanku, dengan bisa melihat aku menjadi takut menyaksikan berbagai tanda-tanda kiamat yang sudah semakin dekat.
Betapa kebenaran yang aku rasakan disaat belum bisa melihat, begitu jauh dengan realitanya. Begitu mudah orang-orang menyampaikan berbagai fitnah dan kabar bohong, itulah salah satu tanda-tanda akhir zaman yang aku ketahui dari Bimo. Aku semakin sangat merindukan Bimo, karena Bimo mengajarkanku tentang berbagai kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H