Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mata untuk Aini #1

18 Januari 2020   13:23 Diperbarui: 20 Januari 2020   21:14 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: PicsArt/design by ajinatha

BAB I. MELIHAT DUNIA

Aku biasa dipanggil dengan Aini, mungkin nama itu adalah doa dari orang tuaku, karena Aini itu identik dengan 'mata', dengan nama itu orang tuaku berharap agar aku bisa melihat dunia beserta isinya, bisa mengenal Sang Pencipta dunia dengan segala keindahannya.

Namun pada kenyataannya, aku tidak bisa melihat, aku tuna netra. Tapi sejak aku tahu keterbatasan dan kekuranganku, aku menjadi tambah kuat, aku tidak ingin menyerah dengan semua keterbatasan tersebut. Aku tidak ingin dianggap orang yang lemah karena keterbatasan itu.

Meskipun aku buta, namun aku tidak ingin dianggap buta, aku berusaha agar tetap bisa membaca dan melihat dunia dengan mata batinku. Aku sangat menikmati itu, karena aku lebih peka, lebih sensitif, dan bisa merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Aku tidak suka dikasihani hanya karena kekuranganku, itulah yang menyebabkan aku jatuh cinta pada Bimo kekasihku, yang sekarang pergi meninggalkanku selamanya. Dia mencintaiku bukan karena kasihan, bukan karena kecantikanku, dia mencintaiku karena aku wanita yang kuat, wanita yang penuh percaya diri.

Nanti aku akan ceritakan bagaimana perkenalanku dengan Bimo. Bimo bagiku adalah sebuah kesetiaan dalam mencinta, yang tidak melihat dan mengukur cinta dari kelebihan dan kekurangan, baginya mencintai itu tanpa syarat.

Bimo matahari bagiku, dia selalu bisa menghangatkan hatiku disaat jiwaku mendung dirundung segala keresahan. Dia memberikanku semangat disaat aku merasa terpuruk oleh keadaan, dia menguatkanku disaat aku sedang lemah.

Dia mengenalkanku tentang Kekuasaan dan Kemahaesaan Tuhan, itulah yang membuatku yakin untuk terus bertahan hidup. Dia mengajarkanku beribadah kepada Tuhan, agar aku selalu kuat menghadapi berbagai cobaan-Nya. Dia begitu sabar menghadapi segala kesombonganku ditengah keterbatasanku.

Bimo pernah mumujiku yang membuat aku begitu melambung, dan itu menurutnya bukan pujian, tapi sebuah pengakuan yang merupakan refleksi dari perjalanan hubungan yang sudah kami jalankan selama dua tahun. Bagaimana aku tidak melambung ketika dia mengatakan,

"Aini..bagiku kamu adalah mata hatiku untuk melihat semua kejujuran dan kebenaran..karena kamu begitu peka melihat kedua hal itu meskipun mata kamu tidak melihat"

Kata-kata inilah yang selalu terngiang dibenakku, sekaligus menghujam jantungku setelah aku bisa melihat, karena aku tidaklah seperti apa yang dikatakannya, aku tidak bisa menerima kenyataan, aku tidak jujur dalam melihat kebenaran, aku tidak kuat ditinggalkan Bimo yang sudah berkorban padaku demi cintanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun