Selepas bekerja dengan tantenya, Harkopo banting setir untuk usaha furniture, dengan tidak tanggung-tanggung. Dengan semangat usaha yang besar, dan modal seadanya, tapi kejujuran dijadikannya modal untuk meraih kepercayaan orang lain. Dia mendirikan pabrik furniture Cipta Karya Indonesia (Cikindo), didaerah Parung, usaha tersebut membuatnya sukses secara ekonomi.
Inilah salah satu impian yang pernah dia goreskan saat bekerja di Toko Cat tantenya. Impian itu dia gambarkan dalam bentuk logo usaha yang akan dia jalankan. Impian itu terwujud, bahkan nama Cikindo itu bisa dia realisasikan sesuai dengan impiannya.Â
Disamping itu, dia juga buka Toko Cat dibilangan Ciputat, hasil dari pengalaman bekerja di Toko cat milik tantenya. Dia memiliki isteri dan anak, dia memiliki usaha yang sangat memadai, mendirikan Sekolah Stella Maris di Jambi, sambil mengurus Tempoa Jelutung, yang terdiri dari Tempoa Inn, Tempoa Teras, Tempoa Art Gallery, Museum Bioskop Jambi, dan beberapa usaha lain yang terintegrasi di Tempoa Jelutung.
Dalam proses pencapaian tersebut, Harkopo juga mengalami berbagai rintangan, tapi semua rintangan itu dia atasi dengan semangat dan kerja keras. Meskipun hanya tamat SD, namun dia tidak minder dengan pendidikan yang dimilikinya. Dia ingat dengan Pesan ayahnya, kalau mau menjadi seniman, perkuat dulu ekonomi. Itulah yang memacu semangatnya untuk berbisnis.
Dalam bisnis, Harkopo banyak belajar dari Almarhum Ciputra. Kebetulan kakaknya punya relasi bisnis dengan Pak Ci, dari situlah awalnya dia sering ketemu dengan pak Ci, dan belajar dari berbagai pengalaman yang dimiliki Pak Ci. Harkopo menganggap Pak Ci sebagai mentornya
Setelah semua dicapai, sekarang dia begitu aktif berkesenian, terutama menghimpun para seniman di gallery yang dimilikinya, seperti di Tempoa Art Gallery di Jambi, dan Cikindo Art Gallery di Parung, Bogor, Jawa Barat.