"Ada yang senang impor, tapi tidak mau diganggu impornya, mau minyak atau LPG. Saya akan ganggu. Pasti akan saya gigit itu orang," kata Presiden Jokowi saat dia mengungkap kegeramannya pada mafia impor.
Kegeraman Jokowi ini bukanlah tiba-tiba, tapi dilatari oleh masih adanya kartel mafia migas, dan bahkan ditengarai ada dilingkaran Istana. Meskipun Petral sudah dibubarkan, tidak berarti jaringan mafia migas pun ikut bubar.
Puncak kegeraman Jokowi terhadap mafia impor ini diungkapkannya tanpa basa-basi, dan tanpa tedeng aling-aling saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2019 di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (28/11) malam. Katadata.co.id
Para penyuka impor yang disebutkan Jokowi penulis analogikan seperti 'makelar kodok', broker impor produk komoditi, bukan cuma impor komoditi non migas, tapi juga impor migas yang keberadaannya masih terus mengganggu Pemerintah.
Upaya pemberantasan mafia impor ini sebetulnya sudah dilakukan Jokowi sejak Periode pertama Pemerintahannya . Dan itu ditandai dengan dibentuknya Tim Reformasi Tata kelola Migas, yang diketuai  oleh Faisal Basri.
Tim inilah yang merekomendasikan pembubaran PT Pertamina Energy Trading Ltd (petral), anak perusahaan Pertamina, Â yang diketahui mengatur sejumlah kontrak pembelian impor migas di bawah Pertamina Energy Service (PES), Singapura.
Tapi rupanya pembubaran Petral ini diibaratkan Faisal Basri seperti membakar sarang tawon, sarangnya dibasmi tawonnya tetap berkeliaran, dan mengamuk dengan penuh emosional.
"Pembubaran Petral ini seperti membakar sarang tawon. Akibatnya, keluar tawonnya dan sering kali emosional. Di sekeliling istana bahkan ada tawon. Mereka terus bergerak dan melakukan macam-macam hal," katanya.
Jokowi juga pernah meluapkan kemarahannya terhadap mafia impor, saat dia ketahui barang kebutuhan yang tidak perlu di import pun tetap mereka import. Lihat saja Pacul pun sampai di import, padahal produk dalam negeri kualitasnya lebih bagus daripada import.
Para mafia impor ini mana peduli kalau impor komoditi yang menjadi penyebab membengkaknya neraca perdagangan dan melebarnya defisit transaksi berjalan/current account defisit (CAD).
Mereka hanya berpikir tentang kepentingan kelompoknya, tidak pernah berpikir dampaknya pada negara dan masyarakat. Sekarang Jokowi tidak lagi peduli, Jokowi akan ganggu mereka, bahkan kalau perlu direbus dalam panci ala merebus kodok.
Jokowi memberi peringatan kepada pihak tertentu atau kelompok yang mencoba mengganggu upaya Pemerintah untuk menghentikan impor, maka Jokowi akan menindaknya secara tegas.
"Yang sudah saya sampaikan, kalau ada yang mau ganggu, pasti akan saya gigit orang itu. Enggak akan selesai kalau masalah ini tidak kita selesaikan," kata dia.
Pernyataan Jokowi ini sepintas terkesan marahnya terhadap mafia impor sudah mencapai ubun-ubun. Namun yang namanya mafia tetap saja akan mencari peluang dalam setiap regulasi yang dikeluarkan Pemerintah.
Jokowi perlu membuat strategi baru untuk memereteli dominasi mafia impor dalam setiap regulasi, artinya perlawanan terhadap kelompok ini harus dilakukan bukan secara fisik, tapi melalui strategi dan kebijakan yang mempunyai efek langsung terhadap keterlibatan kartel mafia impor.
Jokowi akan kondisikan para mafia impor ini pada situasi yang serba salah, impor diturunkan dan dikurangi, regulasinya juga diperketat. Kalau biasanya mafia impor bekerja dalam regulasi, sekarang peluang untuk itu akan semakin diperkecil.
Jadi benar-benar seperti kodok yang direbus didalam panci, mau keluar dari panci gak bisa, tetap bertahan malah direbus sampai matang. Begitulah cara Jokowi mengganggu para makelar kodok ini nantinya.
Para mafia impor ini rerata adalah sekondan elit politik seperti yang dikatakan Faisal Basri diatas. Bisa bekerja dalam regulasi pun atas perantara elit politik yang ada dilingkaran Istana. Itulah yang membuat Jokowi begitu geram dengan makelar kodok ini, sehingga Jokowi sampai-sampai ingin menggigitnya.
Jokowi sudah kantongi nama-nama mereka, namun dia tidak bersedia membeberkannya. Ini hanya persoalan waktu saja, kalau sudah waktunya, dan habis kesabaran Jokowi, maka para makelar kodok ini akan digigit Jokowi.
Faisal Basri sendiri saat ditengah berlangsungnya Pemilu 2019, sempat membongkar siapa yang berada dibalik mafia impor migas. Bagaimana Petral bisa mengatur pembelian impor migas.
Faisal ungkapkan bagaimana keterkaitan antara partai pemerintah dan pengusaha Mohammad Riza Chalid. Inikan sudah menjadi rahasia umum, siapa yang ditempel Riza Chalid saat Pemerintahan SBY, dan siapa pula yang ditempel Riza Chalid saat ini.
Mungkin banyak pertanyaan kenapa Jokowi tidak bersikap keras terhadap para mafia impor sejak periode pertama, sementara dia sudah tahu efek dari perilaku impor imbasnya sangat buruk pada defisit transaksi berjalan/current account defisit (CAD).
Pertimbangannya sangat politis, disamping menyangkut stabilitas ekonomi dan politik, juga menyangkut dukungan politik pada Pilpres 2019 yang lalu. Kuat dugaan para elit yang terkoneksi dengan mafia impor, adalah politisi dilingkaran Jokowi sendiri.
Kalau Jokowi kencang seperti sekarang ini pada saat itu, bisa 'ambyar' semuanya. Kegaduhan diinternal koalisi Jokowi akan sangat mempengaruhi dukungan terhadapnya. Sekarang Jokowi sudah tidak ada beban, kinilah saatnya dia akan mengganggu dan menggigit para makelar kodok tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H