Hal tersebut mudah, dengan analogi yang dibuat dari kemampuan akal (pikiran). Sayangnya, sebagai manusia kita punya; nafsu, emosi, perasaan, juga sifat-sifat buruk yang dimiliki manusia. Hal ini lah yang ditekankan pada ilmu tasawuf (menurut penulis), yang mana kesadaran atau suatu kebijaksanaan yang dimiliki seseorang tidaklah kekal, suasana hati atau perasaan sangat mempengaruhinya.
Misalnya, jika kita punya sentimen negatif pada seseorang. Hal-hal baik atau pandangan-pandangan tentang seseorang, tidak akan dilihat serta tidak akan objektif dalam penilaiannya. Sehingga, dapat kita sebutkan lebih ke arah negatif dalam penilaian, bahkan sampai pada keinginan untuk menjatuhkan.
Referensi:
Achiriah & Laila Rohani, 2018. Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Publishing
An-nur, 2022. Pengertian Tasawuf, Dalil dan Asal usulnya. (Online) https://an-nur.ac.id/pengertian-tasawuf-dalil-dan-asal-usulnya/
Britannica. Tasawuf. (Online) https://www.britannica.com/topic/Sufism/Sufi-thought-and-practice
Ni'am, S. (2013). Institusi Pendidikan Dalam Tasawuf. Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism, 3(2), 185-200.
Putra, A. E. (2012). Tasawuf, Ilmu Kalam, dan Filsafat Islam (Suatu Tinjauan Sejarah Tentang Hubungan Ketiganya). Al-Adyan Jurnal Studi Lintas Agama, 7(2), 91-102.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI