Mohon tunggu...
Aji Prasanto
Aji Prasanto Mohon Tunggu... Lainnya - Bujangan

Suka menulis apa saja dan tertarik dengan keluh kesah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

[Coretan Ramadhan 10] Perkembangan Ranah Teologi Islam

1 April 2023   23:31 Diperbarui: 1 April 2023   23:37 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cahaya Ramadhan, (pexels.com/ Oleksandr Pidvalnyi)

Kelompok Khawarij berpendapat bahwa pemberontakan Mu'awiyah tidak dapat diselesaikan dengan tahkim. Putusan hanya dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum Al-Qur'an. Oleh sebab itu, Khawarij memandang bahwa orang-orang yang menerima permintaan bertahkim dari perselisihan tersebut adalah adalah kafir.

***

Dari persoalan tentang seorang yang berbuat dosa mempunyai pengaruh besar dalam pertumbuhan pemikiran Teologi Islam. Persoalan tersebut menciptakan tiga aliran pemikiran teologi dalam Islam.

Pertama, aliran Khawarij yang menyatakan bahwa orang-orang yang berdosa besar adalah kafir dalam arti keluar dari Islam atau murtad dan karenanya ia wajib dibunuh. Aliran kedua, Murji'ah yang menegaskan bahwa orang berbuat dosa besar tetap mukmin dan bukan kafir. Sedangkan dosa besar yang dilakukannya terserah Allah untuk mengampuni atau tidak mengampuninya.

Kemudian aliran Mu'tazilah, sebagai aliran yang ketiga tidak menerima pendapat-pendapat terdahulu. Bagi mereka yang berdosa besar bukan kafir dan bukan pula mukmin. Orang yang demikian menurut mereka berada pada posisi di antara dua posisi mukmin dan kafir atau manzilah bainal-manzilatain (tempat diantara dua tempat yakni antara surga dan neraka).

Dalam perkembangannya, lahirnya ketiga aliran Teologi Islam tersebut menciptakan dua aliran yaitu al-Qadariyah dan al-Jabariyah. Qadariyah menganggap manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya tanpa ada campur tangan Tuhan dalam mewujudkannya. Sedangkan Jabariyah berpendapat semua kehendak dan tindakan manusia digerakkan oleh Allah.

Dalam Rihlah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan menyebutkan bahwa tidak hanya faktor politis yang menyebabkan munculnya perbedaan pada paham teologi, faktor lain yang menyebabkannya adalah faktor pertemuan antara ajaran Islam dengan kebudayaan lain. Juga tentang pemahaman ayat Al Quran, yakni kadar pengetahuan dan penghayatan umat Islam terhadap nash-nash agama, yang kelihatannya ada beberapa ayat yang tidak sejalan, sehingga terjadilah penafsiran terhadap ayat-ayat Al Quran dan al Hadist yang berbeda antara ulama yang satu dengan yang lainnya.

***

Dari banyaknya paham serta pemikiran-pemikiran dalam Islam seperti apa yang dijelaskan di atas, maka ada baiknya bila kita mengedepankan sikap keterbukaan dalam berbagai corak pemikiran yang ada. Mencoba melihat secara objektif, tentang apa dan bagaimana suatu pemikiran tercipta.

Siti Majidah (2021) dalam artikelnya menyebutkan bahwa keterbukaan "akan melahirkan rasa tasamuh diantara kita karena dengan begitu kita tidak selalu merasa paling benar sebab seperti dengan apa yang diucapkan oleh Rasulullah saw, 'bahwa sebuah kebenaran ada di setiap zaman dan tempat'. Juga al-Imam as-Syatiby yang selalu menggalangkan akan cita humanisme global antar sesama golongan".

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun