Mohon tunggu...
Ajeng Putri Larasati
Ajeng Putri Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MEMASAK

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kritik Sastra Puisi

10 November 2022   21:00 Diperbarui: 10 November 2022   21:05 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

KRITIK SASTRA PUISI 

MEMORIES

Karya: Putri Laras

Dalam sunyi ku mematung

Menatap pukau cakrawala di sana

Remangnya cahaya...indahnya bintang

Membawaku masuk suasananya

Hembusan angin...sunyinya kelam

Membawa penyesalan dalam jurang

Yap! Memori itu kembali....

Suara riuh tak karuan

Air mata terus mengalir!

Bak keran air yang bocor

Suasana itu? Ya.. suasana itu masih jelas di fikiran

Ku berharap kelam lekas pergi

Hadirkan mentari pagi

Ku tak lagi sanggup menahan diri

Karena sosok itu telah pergi

Ditelan bumi.....

  • Kata dan Diksi  

Dalam puisi tersebut, pengarang lebih banyak menggunakan kata--kata yang sudah familier dan mudah dipahami oleh pembaca. Sementara itu, diksi yang digunakan pengarang kebanyakan bermakna konotatif. Misalnya, ia menggambarkan kepergian seseorang dengan "Ditelan bumi.....".

  • Bahasa Kiasan dan Bahasa Retorik

Perbandingan

Contoh: bak keran air yang bocor

Hiperbola

Contoh: membawa penyesalan dalam jurang

Repitisi

Contoh: suasana itu?.. ya suasana itu masih jelas di fikiran

  • Rima, Aliterasi, Asonansi

Rima (persamaan bunyi akhir kata yang terdapat antar baris dalam satu bait, terdiri dari rima awal, tengah, akhir). Rima dalam puisi diatas kebanyakan berupa rima akhir.

Contoh pada bait pertama

Dalam sunyi ku mematung

Menatap pukau cakrawala di sana

Remangnya cahaya...indahnya bintang

Membawaku masuk suasananya

Bait tersebut rimanya ab-ab. 

  • Imaji (citra atau bayangan yang muncul dalam pikiran pembaca puisi) 

Contoh:

Imaji penglihatan:

Menatap pukau cakrawala di sana

Remangnya cahaya...indahnya bintang

Imaji pendengaran:

Suara riuh tak karuan

  • Penutup 

Pengarang menuangkan karya bertemakan kenangan seorang yang telah pergi dan ia menyesali kepergiannya karena ada hal yang belum sampat ia katakan. Nilai sosial yang disampaikan yaitu hendaknya kita mengata[1]kan segala-sesuatu dengan sejujur-jujurnya sebelum penyesalan itu datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun