Sampai pada suatu ketika, aku mendengar ada suara orang di luar kamarku. Aku mengintip dari peephole. 5 anak muda dengan 2 kamera di tangan mereka.Â
Mereka sepertinya ingin masuk ke kamarku. Tapi untuk apa? Apa mereka maling? Memang hotel ini tak punya petugas keamanan, tapi seharusnya mereka tak punya niat jelek seperti ini.Â
Tapi mengapa mereka tahu hanya kamar ini satu-satunya yang berpenghuni? Sepertinya mereka bukan maling, penampilan mereka tidak menunjukkan demikian. Lagipula aku tak memiliki apapun lagi.Â
Apa yang ingin mereka ambil dariku? Apakah mereka orang-orang suruhan keluargaku yang masih menginginkan setumpuk kepingan emas itu? Ah, ya. Mungkin saja. Aku tetap mengintip, aku harus memastikan mereka tidak akan pernah masuk ke sini.
"Ini dia kamarnya, sesuai perjanjian, kita akan masuk pelan-pelan. Kita tidak boleh merusak apapun di sini." Ujar seorang anak muda yang berkaos hitam.
"Tapi aku takut, bagaimana jika..." ucap salah seorang gadis diantara mereka.
"Sudahlah, kau yang memutuskan tujuan kita malam ini. Mengapa kau berubah menjadi seorang penakut?" balas pria berkaos hitam tadi. Sementara 3 anak muda yang tersisa terus merekam kedua temannya yang sedang adu argumentasi.
Itu percakapan yang kudengar dari mereka. Benar dugaanku, mereka berniat tidak baik.
Kumantapkan niatku setelah kupastikan mereka tidak memegang senjata tajam. Sebelum mereka menerobos masuk, aku dulu yang harus membuka pintu dan menangkap mereka. Posturku lebih besar, tidak mungkin aku tak bisa melawan anak-anak nakal ini.
Saat aku membuka pintu, sontak mereka terkejut, dan berlari sangat cepat tanpa arah. Sayangnya salah satu dari kamera yang mereka bawa terjatuh, dan mereka benar-benar tak mempedulikannya.
Aku mengambil kamera yang masih dalam keadaan menyala dan terus merekam. Aku kembali masuk ke kamar. Ini seperti kamera mahal dan modern. Tapi aku pasti bisa mengoperasikannya.