Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Administrasi - Mamanya Toby & Orlee

Pekerja yang nggak punya kerjaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tarian Hujan Keluarga Katak di Malam Natal

25 Desember 2019   13:23 Diperbarui: 25 Desember 2019   13:36 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu menahan kedua anak-anaknya untuk menahan rasa ingin tahu mereka. Dan meminta keduanya untuk melanjutkan makan malam sampai selesai. Ibu juga meminta ayah bergabung di meja makan bersama mereka.

Setelah semua makanan habis, ibu mengajak ayah dan kedua anaknya membersihkan meja makan, dan ibu berjanji akan memberi tahu Taka dan Taki apa isi bungkusan kain yang dibawa ayah.

"Bu, semua sudah selesai, ibu janji mau kasih tahu apa yang dibawa ayah, kan?"

"Tadi ibu mendengar kalian membicarakan tentang Natal. Apakah kita merayakan juga? Begini, Natal itu milik semua. Kita sama dengan manusia, sama-sama ciptaan Tuhan, jadi tidak ada larangan bila kita ikut merayakan juga. Tapi cara merayakannya tentu berbeda dengan manusia. Manusia akan pergi ke rumah ibadah, mendatangi keluarga mereka yang juga merayakan Natal, membuat pohon Natal di rumah, dan banyak lagi. 

Tapi kita punya kebiasaan yang berbeda dengan mereka. Kita bisa merasakan indahnya Natal dengan menikmati turunnya hujan yang berkepanjangan, seperti yang kalian lakukan tadi, bisa bermain adu lompatan. Kita juga bisa makan seistimewa tadi. Kalian tidak perlu iri terhadap manusia. Kita punya kelebihan lain yang tidak manusia miliki. Kita bisa hidup di dua alam, di daratan dan di air. Sementara manusia tidak. Katak saat hujan senang bermaain-main tanpa takut sakit, sementara manusia akan berusaha melindungi tubuhnya saat datangnya hujan."

Taka dan Taki mendengarkan penjelasan ibu dengan serius. Ibu pun melanjutkan lagi ceritanya.

"Kita sebagai katak pun terlahir dari bermacam jenis. Kalian ingat paman Pio? Kalian pernah bertanya pada ibu, kenapa paman Pio memiliki warna kulit yang membuat kalian sulit menemukannya saat bermain petak umpet? Karena paman Pio adalah jenis katak bertanduk. Dia memiliki kemampuan untuk menyamar sehingga warna kulitnya bisa serupa dengan warna lingkungan sekitar dimana dia berdiri. 

Kalian ingat bibi Bella? Tubuh bibi bela jauh lebih besar dari ibu bahkan ayah, karena bibi Bella adalah jenis katak pohon raksasa Australia. Mereka dari jenis itu memiliki bentuk tubuh yang jauh lebih besar dari jenis katak yang lain. Anak-anakku, Tuhan menciptakan makhluknya dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Kita tidak perlu iri."

"Tuh, kamu dengar kan kata ibu? Jangan iri sama manusia." Ucap Taka menyindir saudaranya.

"Iya, kak. Aku tidak akan iri lagi. Aku janji." Balas Taki menahan senyum malu-malu.

"Jadi apa kalian masih penasaran dengan bungkusan yang dibawa ayah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun