Sukma hanya mengangkat wajahnya. Memperlihatkan pipinya yang basah karena airmata. Lalu kembali menunduk.
“Loh? Kenapa? Rangga mana Ma?” kuberondong dia dengan pertanyaan.
“Rangga … Rangga .. udah ngga ada Jeng !” Sukma tertunduk lesu.
Ya Tuhan? Apa ini mimpi? Setelah ku cubit pipiku dan kusadari bahwa ini bukan mimpi barulah aku menangis sejadi – jadinya. Sendi – sendiku lunglai. Dadaku sesak. Pikiranku melayang pada kenangan 5 tahun lalu. Saat ia mengucapkan salam perpisahan …
“Jeng, ini karena alasan Rangga sayang sama Ajeng.
Rangga mau Ajeng bahagia di deket Rangga.
Rangga nggak mau hidup kita susah nantinya.
Sabar ya sayang, di saat Rangga sudah mapan,
Rangga kembali buat melamar Ajeng..”
^^^
Ku tatap nisan ini, tak sekalipun airmataku tak menetes kala ku menjenguknya. Aku datang bukan untuk menagih janji itu. Aku hanya ingin Rangga tahu, kini ku tawarkan diriku untuk menyusulnya.