Tidak lengkap rasanya ke Jogja jika belum mengunjungi museum-museum yang ada di Jogja. Selain melihat-lihat koleksi benda-benda bersejarah, dengan mengunjungi museum kita bisa memperkaya wawasan, lebih tau akan sejarah, dan menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Yogyakarta pernah menjadi Ibukota sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia saat agresi militer Belanda. Sehingga  banyak kisah bersejarah terjadi di Yogyakarta. Kompasianer bisa mengunjungi Monumen Jogja Kembali untuk menilik kembali kisah-kisah bersejarah bangsa Indonesia yang pernah terjadi di Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, saya akan mengajak kompasianer untuk jalan-jalan ke Museum Monumen Jogja Kembali. Yang pertama harus kompasianer tahu adalah jadwal dibukanya museum. Museum Monumen Jogja Kembali atau yang biasa disebut Monjali, buka dari hari Selasa -- Minggu dari pukul 08.00 -- 16.00 WIB. Berarti, pada hari Senin Monumen Jogja Kembali tutup.
Untuk lokasi Monjali berada di Jl. Ring Road Utara, Jongkang, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kompasianer bisa mencari lokasinya di google maps untuk menuju kesana. Sebagai alternatif, kompasianer bisa naik TransJogja menuju monjali. Saya pun memilih untuk naik TransJogja karena lebih praktis dan lebih santai.
Dari halte TJ Urip Sumoharjo, saya naik bus rute 5B menuju halte terminal Jombor untuk kemudian transit ke bus dengan rute 2A. Dari rute bus 2A, saya turun di halte TJ Ring Road Utara (Monjali 1). Dari halte monjali 1 saya berjalan kaki kurang lebih 3 menit menuju Museum Monumen Jogja Kembali.
Saya masuk melalui pintu masuk barat monjali. Di pintu masuk, kompasianer silahkan membayar tiket masuk seharga Rp15.000 sekali masuk. Bisa cash maupun cashless. Karena uang cash yang saya bawa hanya sedikit, saya memilih cashless dengan menggunakan QRIS code.
Museum Monumen Jogja Kembali memiliki 3 lantai. Silahkan memulainya dari lantai pertama dahulu. Akan ada petunjuk arah yang akan mengarahkan kompasianer agar tidak bingung menuju lantai pertama.
Saat masuk ke lantai 1 monjali, saya terhenti karena ada yang menarik perhatian. Di ruang serbaguna ternyata sedang ada gladi untuk acara wisuda siswa-siswi MTSN 6 Sleman. Karena saya ingin menikmati setiap moment yang ada di monjali, saya berhenti dahulu dan ikut duduk untuk menonton pertunjukan tari yang disajikan oleh adik-adik dari MTSN 6 Sleman.
Di lantai pertama, ada 4 ruangan museum yang menyimpan koleksi barang peninggalan dari zaman kolonial. Ada juga foto-foto yang menunjukkan perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah. Foto-foto bersejarah, foto para petinggi negara terdahulu, replika bendera, replika kapal, replika baju seragam, dan masih banyak replika lainnya yang berhubungan dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ada yang menarik perhatian saya, yaitu koleksi senjata-senjata yang dipakai berperang pada zaman dahulu. Mulai dari berbagai jenis senjata api. Sampai berbagai jenis amunisi seperti granat. Banyak pula barang-barang peninggalan seperti ranjang, meja dan kursi, pesawat telepon, baju, sampai tandu jenderal Soedirman.
Ketika hendak menuju lantai 2 monjali, saya menyempatkan diri untuk ikut menonton video perjuangan kemerdekaan Indonesia di lantai 1 bersama dengan rombongan adik-adik SMP. Setelah dirasa cukup, saya melanjutkan perjalanan menuju lantai 2 monjali. Untuk ke lantai 2, kompasianer bisa keluar dari lantai 1 dan naik tangga dari pintu bagian depan Monumen jogja Kembali.
Di lantai 2, disajikan diorama perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Replika-replika patung  para tokoh pendiri bangsa terpajang menggambarkan tiap peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pada lantai 3 puncak dari bangunan kerucut Museum Monumen Jogja Kembali, Kompasianer bisa melihat bendera merah putih yang berdiri gagah di tengah-tengah ruangan. Di langit-langit ruangan pun terdapat ukiran besar bergambar tangan-tangan yang menunjukkan semangat perjuangan.
Di sekeliling bangunan Monumen Jogja Kembali, kompasianer bisa melihat ada kolam ikan. Ternyata disediakan pula pakan ikan apabila ada pengunjung yang ingin mencoba untuk memberi makan ikan. Saya pun tertarik untuk mencobanya. Hanya dengan Rp1.000 kompasianer sudah bisa memberi makan ikan dan cukup membuat hati senang.
Fasilitas lain juga tersedia untuk pengunjung nikmati, seperti perahu bebek yang bisa dikayuh di sepanjang kolam ikan, scooter, mobil-mobilan, dan sepeda yang bisa pengunjung sewa untuk berkeliling halaman monjali. Ada pula taman Pelangi yang menyediakan wahana bermain.
Museum Monumen Jogja Kembali bisa dijunjungi dari berbagai usia. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Banyak rombongan anak sekolah yang saya jumpai selama berkeliling monjali. Dari TK, SD, hingga SMP. Bahkan ada rombongan dari salah satu SMP dari Bogor. Namun sayang, saya tidak menjumpai rombongan anak SMA saat itu.
Apabila kompasianer lelah, jangan khawatir. Karena terdapat tempat istirahat yang memang disediakan untuk istirahat pengunjung. Ada juga kantin-kantin yang tersedia untuk mengisi perut ketika lapar.
Karena sudah siang dan perut mulai lapar. Saya mampir di salah satu kantin untuk makan siang. Menu yang tersedia cukup beragam, seperti soto ayam, soto daging, ayam geprek, bakso, dan makanan-makanan yang praktis seperti mi instan. Saya memesan soto ayam seharga Rp10.000 yang menurut saya harganya relatif murah untuk makanan yang dijual di tempat wisata.
Karena perut sudah kenyang, saya memutuskan untuk pulang. Ternyata di area luar dekat dengan Museum Monumen Jogja Kembali, kompasianer akan menemukan deretan kios yang menjual pernak-pernik yang bisa dijadikan sebagai cendera mata.
Dari monjali saya berjalan kaki menuju halte TJ monjali 1 menunggu bus rute 2B. Bus pun datang. Â Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya saya sampai di halte Tj Colombo (UNY). Â Kemudian saya berjalan kaki kurang lebih 10 menit untuk sampai kost.Â
Semoga jalan-jalan kali ini bisa kompasianer jadikan referensi apabila ingin mengunjungi Museum Monumen Jogja Kembali. Have a nice trip!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H