Mohon tunggu...
Ajeng DwiayuSaputri
Ajeng DwiayuSaputri Mohon Tunggu... Lainnya - SMAN 1 PADALARANG

XII MIPA 3

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik dan Saran Novel "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"

11 Maret 2021   21:54 Diperbarui: 11 Maret 2021   21:58 9351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di Indonesia.

Unsur Ekstrinsik

Nilai Sosial :

Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.

Nilai Moral :

Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.

Memegang janji 'Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.' (Hal. 31)

Setelah melakukan analisis pada novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" maka dapat dilakukan penilaian yaitu tentang kelemahan dan kelebihan pada novel tersebut.

Kelemahan novel ini antara lain; menurut saya ceritanya klise, agak mirip sinetron. Karya Tere Liye yang lainnya selalu bisa membuat saya betah membaca tanpa  ada keinginan untuk melompati masing-masing bagian cerita. Tapi ketika membaca novel ini, berkali-kali saya lewatkan bagian-bagian yang terasa membosankan. Berbeda dengan karya Tere Liye yang lain, yang meskipun sederhana tapi bisa terasa istimewa lewat penuturannya yang apa adanya. Tapi tetap saja novel ini memberikan pelajaran. Terutama filosofi "daun yang jatuh tak pernah membenci angin". Apapun yang kita alami, jangan pernah menyalahkan keadaan.

Novel ini cukup membuka mata kita bahwa cinta tak pernah mengenal usia dan cinta butuh suatu kejujuran sekalipun pahit rasanya harus kita katakan  sebelum akhirnya cinta itu  justru menyakiti orang-orang yang kita sayangi. Novel ini juga dibuat seperti teka-teki pada alur cerita dan pada nama tokohnya, sehingga membuat pembacanya penasaran untuk terus membaca novel ini sampai selesai. Meskipun begitu, alur campuran yang digunakan kadang cukup membuat pembacanya menjadi cukup kesulitan. Bagian akhir cerita yang tidak digambarkan secara jelas juga membuat pembacanya menafsirkan ending yang berbeda-beda sesuai kemauannya.

Kelebihan novel ini, banyak sekali tentunya. Dan kamu akan menerima segala sesuatunya dengan lapang tanpa membantah, seperti daun yang tidak pernah membenci angin yang menerbangkannya ke sana kemari. Kita harus menerima takdir dan garis kehidupan yang ditentukan Tuhan. Karena apapun yang terjadi, hidup harus terus berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun