Mohon tunggu...
Angelina R
Angelina R Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Warga Negara Indonesia yang baik hati dan tidak sombong...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pisau Sang Pembunuh Bagian 6

23 Januari 2012   22:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:31 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Bagaimana dengan saksi? Sudahkah kalian menetukan tersangka dari saksi-saksi yang ada?" Dia bertanya lagi. Maulana memandang pada Adham yang bertugas untuk menanyai saksi.

"Saksi yang ditanyai ada lima orang. Puspita lima puluh enam tahun, pemilik wisma Rose yang melaporkan adanya pembunuhan, Jingga dua puluh tahun teman korban sesama PSK, Lestari duapuluh lima tahun PSK teman korban yang bersamanya sejak tadi pagi, Joko Satpam yang bekerja di wisma Rose yang selalu menjaga keluar masuknya tamu di Wisma Rose Dan Sumi petugas kebersihan di wisma Rose." Adham menjelaskan. Armin mengerutkan dahi,

"Bagaimana dengan pengunjung yang tidur dengan korban sebelum kematiannya? Apakah tidak ada daftar tertulis?" Katanya kemudian.

"Ada tiga orang pelanggan yang dilayani oleh Korban sebelum dia mati, Pak. Yang Pertama adalah Seorang pengusaha bernama Bayu, Seorang pengusaha juga bernama Ratno dan yang terkahir anak dari Gubernur wedangan, Johan." Jawab Adham. Armin, Maulana dan Alfred namapak terkaget.

"Anak Gubernur?" Tanya  Maulana kurang yakin. Adham mengangguk.

"Ini menurut perkataan Joko si Satpam, pak!" Katanya kemudian. Adham mencelos. Kasus ini kasus besar. Dia yakin media akan berpesta pora.

"Ini bukan berita bagus untuk Gubernur kita." Kata Armin. Kasus ini benar-benar rumit.

******

Ervita setengah tertidur ketika melihat nama "Bu Lusia" redakturnya di harian Suara wedangan. Ervita bekerja sebagai wartawan di koran paling terkekmuka di wedangan bahkan di indonesia itu. Sudah sepuluh kali handphonenya berbunyi, dan mau tidak mau dia mengangkatnya meski dia bukan tipe orang yang mengangkat telpon dan mengorbankan tidurnya yang nyenyak.

"Halo, Bu!" Sapanya sopan, wekernya menunjukan pukul sepuluh pagi. Ervita memang berencana tidur sampai siang hari ini, dia pulang ke rumahnya pukul tiga pagi tadi. Ada sepuluh berita yang harus dia seleasikan untuk koran besok. Ervita akan kembali masuk kerja jam lima sore nanti.

"Vita, datang ke kantor satu jam lagi. Ada pembunuhan yang harus segera diliput" Suara Lusia terdengar dari kejauhan. Bosnya ini memang tak pernah basa-basi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun