Wahai kau para Pecundang………….
Apakah kau anggap pesta rakyat ini lelucon belaka
ataukah kau kira kami yang kau ajak ikut berpesta  ini hanya bercanda
ataukah kau kira kami yang mendukungmu mau kau permalukan dengan sikapmu
Kali ini kau harus menghentikan mimpimu karena saat ini semua telah nyata
Wahai kau para Pecundang…………..
Saat ini kami sudah dapat melihat dan kau sudah tak dapat mendustai kami lagi
Kami sudah dapat merasakan tentang aroma kebusukan dari sikapmu yang nyata
Kami juga sudah mengetahui dari tindakanmu yang tak dapat menerima kenyataan
Bangunlah dari mimpi dan terimalah kenyataanmu sebelum kau dipermalukan lagi
Wahai kau para pecundang………….
Dulu Kau anggap kami ini temanmu, Dulu Kau anggap kami ini sahabatmu
Dulu kau anggap kami ini pendukungmu, Dulu Kau anggap kami ini bagian dirimu
Jika itu memang benar maka kini dengarkanlah kami, jangan permalukan kami dengan sikapmu, jangan permalukan kami dengan tindakanmu
Terimalah semua kenyataan ini, karena pesta telah usai
Wahai kau para pecundang…………
Buatlah kami bangga akan sikapmu yang ksatria
Buatlah kami terhormat dengan tindakanmu yang Bijaksana
Tapi jika kaupun tak mau kamipun tak masalah
Maka jangan kau larang kami untuk mengatakan: “ Memang kau ini hanyalah seorang  pecundang, Pecundang yang lari dari kenyataan dan Pecundang yang lari dari kekalahan “
Wahai kau para pecundang…………..
Mulai saat ini kami hanya bisa memandangmu dari kejauhan, Jauh di belakang
Biarlah rasa malu ini akan kami pendam, terpendam jauh dalam kesendirian karena kamu memanglah seorang Pecundang……………
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H