Mohon tunggu...
Aisyah Supernova
Aisyah Supernova Mohon Tunggu... Konsultan - man purposes God disposes - ssu

Muslimah | Your Future Sociopreneur ! | Islamic Economic Science Bachelor | Islamic World, Innovation, Technology and Entrepreneurship Enthusiast | Sharing, Writing and Caring Addict | Because i want to see my God one day. It's my ultimate goal...!

Selanjutnya

Tutup

Trip

Nyasar, Popalo dan Kekuatan Doa

26 Januari 2019   11:27 Diperbarui: 26 Januari 2019   11:32 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini aku mendapatkan tugas tambahan untuk menginterview hanya satu orang lagi di Desa Langge. Jujur saja, sebenarnya aku merasa agak berat karena sendirian. Namun alhamdulillah kami bersama-sama naik mobil dan aku di drop di salah satu rumah responden. Mereka bilang akan menungguku, dan aku pun masuk ke rumah itu.

Respondenku kali ini bernama sebut saja Pak Yunus, yang mana beliau bekerja sebagai nelayan dan juga driver bentor, alias becak motor. Rumah bilik pink nya yang sederhana terlihat bersih, dan rumah bapak inilah yang paling sering aku tumpangi untuk ke toilet. Hehe.

Alhamdulillah, selesai dari sana aku menanyakan ke warga apakah ada yang melihat mobil hitam, mobil yang kami gunakan. Katanya di sebelah ada di jalan atas, namun setelah menyisiri jalan aku tidak menemukan apa-apa. Aku pun mampir ke warung di pertigaan terdekat dan menanyakannya. Juga tidak ada yang melihat. Matahari begitu terik, aku juga sudah cukup lama menunggu.

Hapeku rusak terkena air laut, mati total. Mereka juga tidak terlihat sama sekali. Baiklah kuputuskan untuk pergi menyusul mereka yang kuduga sedang ke Popalo, desa tujuan kami selanjutnya. Mungkin mereka mendrop sebagian temanku dan baru aku dijemput lagi pikirku. 

Kemudian aku naik bentor menuju Desa Popalo. Jujur, aku merasa sedih. Aku benar-benar berada di kondisi lapar, baru selesai tugas namun teman-teman yang janji menungguku tidak ada. Aku bingung. Tidak ada hape juga yang bisa kugunakan untuk menghubungi mereka dan tidak pula nomer mereka kusimpan di secarik kertas. Sepanjang perjalanan, mataku awas mencari tanda-tanda mobil yang kami gunakan. Namun nihil.

Sepanjang perjalanan menaiki bentor, setengah hatiku cemas dan setengahnya lagi terhibur dengan adanya pemandangan yang enak dipandang. Bentornya juga cukup nyaman. Sesampainya di kantor desa Popalo, tidak juga kulihat tanda kehadiran teman-temanku. Ini hari Ahad. Kantor sepi dan tutup. 

Akhirnya aku berjalan ke arah komplek TNI yang berada di sisi kiri jalan. Aku dipanggil oleh salah seorang TNI yang menjaga di pos, dan aku mengenalkan diri. Aku bilang bahwa aku terpisah dari teman-temanku dan kusebutkan ciri-ciri mereka dan mobilnya. Aku bertanya adakah masjid, dan ia berbaik hati mengantarku. 

Perasaanku campur aduk, namun aku mencoba ikhlas. Pasti tidak ada ketentuan Alloh SWT yang salah. Hanya saja aku belum paham apa hikmah dari semua ini.

Aku shalat dan beristirahat di masjid. Aku tidak memegang kunci rumah, temanku yang pegang. Aku berpikir jika aku pulang saat ini, untuk apa aku panas-panasan menunggu di luar rumah. Lebih baik di sini, di masjid. walau tidak dingin, tapi jauh lebih sejuk dibanding di luar rumah. 

Aku juga menemukan ada kitab tafsir Qur'an yang sepertinya menarik untuk dibaca. Aku sudah ikhlas, jika hari ini targetku tertinggal dari teman-temanku. Aku hanya berdoa, kalau Ia izinkan semoga aku bisa bertemu dengan teman-temanku.

Akupun tertidur..

Kemudian, aku terbangun karena ada suara memanggilku. Ternyata Mas TNI yang mengantarku tadi. Kemudian Erni temanku muncul. Ia terlihat cemas. Aku agak pusing mungkin karena mendadak bangun. Erni bilang bahwa mereka khawatir sekali dan sudah berkali-kali mencariku. Menyisiri desa Langge berkali-kali, mengecek adakah di depan rumah warga sendal merahku, menelpon beberapa warga sampai mengumumkan namaku di masjid. astaghfirullah.

Ternyata mereka ke pantai sambil menungguku, namun mereka baru selesai sekitar waktu dzuhur sedangkan di waktu itu aku sudah sampai di Masjid komplek TNI di Popalo. Subhanallah. Aku tidak tahu harus bagaimana bereaksi, yang pasti aku hanya terkesima. Ternyata Mas TNI itu yang menyetop mobilnya dan menanyakan apakah mereka temanku.

Ma shaa Allah. Aku kemudian menjelaskan kondisiku pada temanku, dan reaksi mereka beragam. Aku tau masing-masing kita bisa saja cemas dan emosi. Namun aku belajar untuk lebih mengerti kondisi orang lain sebagaimana mereka mengerti akan diriku. Maka, perjalanan kami pun berlanjut. Alhamdulillah.

Di Popalo, kepada Dusun di sana sangat kooperatif dan totalitas dalam membantu kami. Sehingga kerja kami sangat cepat alhamdulillah. SPV kami turun langsung untuk membantu sehingga kami bisa mencapai lebih dari 50% target hari ini alhamdulillah atas izin dan pertolongan Alloh SWT. 

Aku bertemu dengan beberapa responden yang memberikan kesan. Diantaranya adalah seorang bapak lanjut usia yang usianya sama persis dengan ayahku yang baru saja pulang operasi katarak. Wajahnya juga mirip dengan ayahku ma shaa Allah. Nama beliau masuk dalam listku, Pak Abu Bakar. Siapa sangka bahwa beliau masih mau menyempatkan untuk diwawancara dalam waktu yang sangat tidak pas ini sebenarnya. 

Dari beliau, aku belajar arti bersyukur dan matang dalam menyikapi hidup. Wawancara yang singkat namun membawa hikmah yang mendalam bagiku. Beliau begitu bersabar, begitu menerima kondisinya yang serba sulit dan alhamdulillah anak-anak beliau masih mengirimi beliau uang meski hanya beberapa ribu rupiah per hari dan beliau terlihat mensyukurinya. Sungguh benar hadits Sayyidina Rosululloh Muhammad SAW yang menyeru untuk berbuat maksimal saat sehat sebelum datangnya sakit dan juga saat muda sebelum tua. 

Beliau tidak dapat melaut karena usia lanjutnya dan penyakitnya yang bisa semakin parah jika melaut. Saat menerima hadiah tunai dari kami, aku pamit. Dan saat menengok ke belakang, ternyata beliau sedang mendekap amplop itu di dada. Aku ingin menangis, apakah sebegitu berharganya hadiah senilai 50 ribu itu? Namun wajar saja itu berharga bagi mereka yang bahkan pernah mengalami hari yang tidak makan sama sekali dalam setahun terakhir.

Saat itu sendalku copot. Erni membantuku memasangnya kembali. Pak Kadus dan timnya sangat amat membantu kami sampai ikutan wawancara sampai malam dan bantu translate ke bahasa Gorontalo untuk bahasa yang tidak responden mengerti dari kami. Kemudian dalam jam yang menunjukkan hampir pukul sepuluh malam kami pulang. Kami makan di tempat makanan yang dimiliki oleh orang Tasikmalaya. Pantas lidah kami cocok hehe. 

Alhamdulillah, hari yang ajaib. Dalam kondisi nyasar, tidak nada ada handphone dan di daerah asing. Aku belajar untuk semakin percaya akan doa kepada Yang Maha Hebat. Juga pentingnya mengalah, saling berbagi, peduli dan mengerti satu sama lain.. 

#NorthGorontaloJourney

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun