Kemudian, aku terbangun karena ada suara memanggilku. Ternyata Mas TNI yang mengantarku tadi. Kemudian Erni temanku muncul. Ia terlihat cemas. Aku agak pusing mungkin karena mendadak bangun. Erni bilang bahwa mereka khawatir sekali dan sudah berkali-kali mencariku. Menyisiri desa Langge berkali-kali, mengecek adakah di depan rumah warga sendal merahku, menelpon beberapa warga sampai mengumumkan namaku di masjid. astaghfirullah.
Ternyata mereka ke pantai sambil menungguku, namun mereka baru selesai sekitar waktu dzuhur sedangkan di waktu itu aku sudah sampai di Masjid komplek TNI di Popalo. Subhanallah. Aku tidak tahu harus bagaimana bereaksi, yang pasti aku hanya terkesima. Ternyata Mas TNI itu yang menyetop mobilnya dan menanyakan apakah mereka temanku.
Ma shaa Allah. Aku kemudian menjelaskan kondisiku pada temanku, dan reaksi mereka beragam. Aku tau masing-masing kita bisa saja cemas dan emosi. Namun aku belajar untuk lebih mengerti kondisi orang lain sebagaimana mereka mengerti akan diriku. Maka, perjalanan kami pun berlanjut. Alhamdulillah.
Di Popalo, kepada Dusun di sana sangat kooperatif dan totalitas dalam membantu kami. Sehingga kerja kami sangat cepat alhamdulillah. SPV kami turun langsung untuk membantu sehingga kami bisa mencapai lebih dari 50% target hari ini alhamdulillah atas izin dan pertolongan Alloh SWT.Â
Aku bertemu dengan beberapa responden yang memberikan kesan. Diantaranya adalah seorang bapak lanjut usia yang usianya sama persis dengan ayahku yang baru saja pulang operasi katarak. Wajahnya juga mirip dengan ayahku ma shaa Allah. Nama beliau masuk dalam listku, Pak Abu Bakar. Siapa sangka bahwa beliau masih mau menyempatkan untuk diwawancara dalam waktu yang sangat tidak pas ini sebenarnya.Â
Dari beliau, aku belajar arti bersyukur dan matang dalam menyikapi hidup. Wawancara yang singkat namun membawa hikmah yang mendalam bagiku. Beliau begitu bersabar, begitu menerima kondisinya yang serba sulit dan alhamdulillah anak-anak beliau masih mengirimi beliau uang meski hanya beberapa ribu rupiah per hari dan beliau terlihat mensyukurinya. Sungguh benar hadits Sayyidina Rosululloh Muhammad SAW yang menyeru untuk berbuat maksimal saat sehat sebelum datangnya sakit dan juga saat muda sebelum tua.Â
Beliau tidak dapat melaut karena usia lanjutnya dan penyakitnya yang bisa semakin parah jika melaut. Saat menerima hadiah tunai dari kami, aku pamit. Dan saat menengok ke belakang, ternyata beliau sedang mendekap amplop itu di dada. Aku ingin menangis, apakah sebegitu berharganya hadiah senilai 50 ribu itu? Namun wajar saja itu berharga bagi mereka yang bahkan pernah mengalami hari yang tidak makan sama sekali dalam setahun terakhir.
Saat itu sendalku copot. Erni membantuku memasangnya kembali. Pak Kadus dan timnya sangat amat membantu kami sampai ikutan wawancara sampai malam dan bantu translate ke bahasa Gorontalo untuk bahasa yang tidak responden mengerti dari kami. Kemudian dalam jam yang menunjukkan hampir pukul sepuluh malam kami pulang. Kami makan di tempat makanan yang dimiliki oleh orang Tasikmalaya. Pantas lidah kami cocok hehe.Â
Alhamdulillah, hari yang ajaib. Dalam kondisi nyasar, tidak nada ada handphone dan di daerah asing. Aku belajar untuk semakin percaya akan doa kepada Yang Maha Hebat. Juga pentingnya mengalah, saling berbagi, peduli dan mengerti satu sama lain..Â
#NorthGorontaloJourney
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H