Kegundahan, kegelisahan dan ketakutan yang dirasakan Abu Sufyan kala itu mampu dinetralisir oleh Abbas bin Abdul Mutholib. Salah satu tokoh yang membantu, menjamin dan menyelamatkan Abu Sufyan sesegera mungkin menghadap Rasulullah. Walaupun beberapa pertanyaan yang Rasulullah ajukan terkait keimanan Abu Sufyan masih belum mendapatkan titik terang bahwa dia benar-benar ingin masuk Islam, hatinya masih diliputi rasa ragu dan terpaksa menerima ajaran Rasulullah. Abbas pun terus mendorong Abu Sufyan untuk mengucapkan syahadat hingga hati Abu Sufyan pun luluh menyatakan keislamannya dan memohon ampunan atas kesalahan dan dosa yang dahulu diperbuatnya. Selain itu, Rasulullah juga memberikan pernyataan-pernyataan istinewa terhadap Abu Sufyan, bahwasannya dalam peristiwa Fathul Makkah siapapun yang masuk rumah Abu Sufyan, yang masuk masjidil haram, dan yang masuk rumah masing-masing mereka akan aman.
Transformasi keyakinan Abu Sufyan telah mengubah jatidirinya menjadi penyeru dan pembela agama Allah. Aktivitas kehidupan Abu Sufyan setelah masuk Islam benar-benar lebih difokuskan untuk melaksanakan ibadan dan jihad dijalan Allah. Peran terbesar Abu Sufyan dalam sejarah peradaban Islam, bahwasannya beliau pernah ikut serta dalam Perang Hunain sebagai pemimpin pasukan dari kalangan kaum muslimin bersama Mughairoh bin Syu'bah mengepung Tha'if untuk menghancurkan berhala. Kedua kalinya beliau turut berpartisipasi aktif dalam Perang Yarmuk yang terjadi setelah Rasulullah wafat. Dalam perang inilah Abu Sufyan rela mengorbankan matanya, sebab beliau terluka parah akibat busur anak panah yang mengenai matanya ketika pertempuran tersebut terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H