Mohon tunggu...
Aisyiah Maulidina
Aisyiah Maulidina Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim

Berani Merangkak Untuk Tegak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Takluknya Hati Panglima Kaum Musyrikin dalam Dekapan Iman: Keislaman Abu Sufyan bin Harb r.a

22 Maret 2021   00:25 Diperbarui: 22 Maret 2021   01:07 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Perihal hidayah yang merupakan hak prerogatifnya Allah, dan sahabat Rasulullah yang merupakan manusia biasa, juga bukan termasuk makhluk ma'sum yang pasti luput dari dosa dan kesalahan. Akan tetapi, Allah berikan kelebihan terhadap para sahabat dengan kedekatan kesempurnaan iman sebagai satu-satunya generasi yang dekat dengan Rasulullah. Sehingga, penulis mengambil satu kisah menarik dari perjalanan hidup salah seorang panglima kaum musyrikin dalam menemukan cahaya keimanannya yakni "Abu Sufyan bin Harb".

Rusaknya citra Abu Sufyan dalam sejarah peradaban Islam ketika sebelumnya beliau masih menentang Rasulullah, menjadi musuh Islam dengan membela pasukan Quraisy dalam beberapa peperangan yang sebelumnya terjadi diantara kaum Muslimin dengan kaum Musyrikin. Hal tersebut menjadi satu persoalan yang kontroversi dengan keyakinan putrinya bernama "Ramlah binti Abu Sufyan" yang pada saat itu  telah mendahuluinya memeluk Islam. Keteguhan hati Ramlah untuk tetep mempertahankan keyakinannya membuat sang ayah begitu murka, sebab kejadian tersebut dianggap sebagai aib bagi seorang pemuka Quraisy yakni Abu Sufyan yang sangat menentang dan memusuhi Rasulullah. 

Dampaknya, berbagai macam ujian dan juga  ancaman bahkan sebuah siksaan terus dialami Ramlah binti Abu Sufyan bersama suaminya. Akan tetapi, keteguhan iman tak bisa digoyahkan dengan banyaknya rintangan, meskipun pada akhirnya sang suami murtad meninggalkan Islam dan kembali pada ajaran Nasrani yang dianut sebelumnya. Kesedihan mendalam ketika wanita tangguh bersama putri sholihahnya kini tak lagi memiliki sosok yang dapat mereka jadikan tulang punggung. Tetapi, kekuatan iman mereka menyebabkan Allah turunkan balasan terindah untuknya. Melalui sebuah kabar yang dibawa seorang utusan dari Habasyah kepada Ramlah binti Abu Sufyan, bahwasannya Rasulullah telah meminangnya.

Ketika kekufuran masih tetap menjelma dalam diri Abu Sufyan, beberapa hal buruk terjadi pada sebagian kaum Muslimin dan Rasulullah. Semakin banyaknya tindakan yang menyengsarakan dan menindas kaum Muslimin menyebabkan Rasulullah mengatur strategi hijrahnya. Sesegera mungkin Rasulullah dapat menyelamatkan dan menjauhkan kaum muslimin dari segala macam kesengsaraan ketika Rasulullah berhasil membawa mereka hijrah dari Makkah menuju Madinah. Sehingga, di kota Madinah inilah kaum muslimin bisa hidup lebih tenang, aman dan bahagia.

Identitas Abu Sufyan sebagai saudagar terkenal menjadikannya seorang pemimpin dari banyaknya kafilah perdagangan kaum Quraisy ke beberapa daerah terutama negeri Syam dan negeri 'ajam (selain arab) lainnya. Terdengarnya sebuah berita yang sampai ditelinga Rasulullah bahwa kafilah perdagangan kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan sedang melakukan perjalanan dari negeri Syam menuju Makkah. Segera Rasulullah memberitahukan hal tersebut kepada kaum Muslimin lainnya khususnya kepada kaum Muhajirin dan bermaksud untuk mengepung rombongan tersebut. 

Di lain pihak, sosok Abu Sufyan yang mengetahui perihal rencana tersebut langsung mengirim kabar menuju Makkah melalui utusannya agar kaum Quraisy segera melindungi kafilahnya dengan mempersiapkan pasukannya melawan rombongan Rasulullah bersama para sahabatnya. Kejadian tersebut menjadi latar belakang terjadinya Perang Badar dimana dari pihak kaum Quraisy itu sendiri menjadikan Abu Jahal sebagai panglima perangnya. Akan tetapi, Allah memihak kaum Muslimin sebagai pemenangnya.

Akibat kemenangan yang berhasil diraih pasukan muslimin dalam Perang Badar membuat pasukan lawan menaruh dendam perihal kekalahannya. Sehingga, kedua kalinya kaum Quraisy kembali mengumpulkan pasukannya untuk melancarkan peperangan selanjutnya yakni "Perang Uhud". Dimana Abu Sufyanlah  dari golongan Quraisy yang berkesempatan menjadi panglima Perang Uhud kala itu. Tetapi nasib baik tidak memihak kaum muslimin, sebab sebagian dari mereka telah melanggar perintah Rasulullah sehingga menyebabkan pasukan Quraisylah yang memenangkan pertempuran ini. 

Keberhasilan Abu Sufyan dalam menumpas banyak pimpinan-pimpinan tertinggi kaum muslimin dalam Perang Uhud, menggerakkan hati Rasulullah untuk melakukan musyawarah bersama sahabat terkait tindakan tegas apa yang patut diberikan kepada Abu Sufyan. Sebagian besar sahabat menyampaikan bahwa selayaknya Abu Sufyan dibunuh saja, sebab hukum qishosh sehingga perilaku tersebut tidak bisa dikatakan sebagai tindak kejahatan. Respon hangat Rasulullah mengenai pernyataan para sahabat, sehingga beliau mengirim  dua delegasi dari golongan anshor untuk merealisasikan rencana tersebut, yakni membunuh Abu Sufyan di Makkah .

Rencana manusia tidak selalu berbanding lurus dengan rencana Tuhan. Perihal rencana pembunuhan Abu Sufyan yang gagal untuk direalisasikan, justru hal tersebut memberi peluang besar terhadap Abu Sufyan tetap menjadi  musuh Islam. Untuk yang sekian kalinya Abu Sufyan tetap bersikeras memerangi Rasulullah, melalui strateginya ia akan melakukan serangan terhadap kota Madinah. Akan tetapi, sikap sigapnya Rasulullah dapat mengetahui rencana jahat tersebut. Sehingga strategi cerdik pun disusun oleh Rasulullah bersama para sahabatnya dengan menggali parit-parit (khandaq) yang menyebabkan pasukan Abu Sufyan tidak mampu memasuki kota Madinah dan hanya bisa mendirikan perkemahan disekitar parit tersebut. Angin kencang dan badai topan yang Allah kirimkan kala itu menghancurkan seluruh rencana jahat kafir Quraisy dengan porak porandanya perkemahan bala tentara tersebut.

Peristiwa Fathul Makkah (penaklukkan kota Makkah) menjadi satu peristiwa fenomenal yang melatarbelakangi Abu Sufyan bin Harb untuk mengubah keyakinannya terhadap ajaran agama yang dibawa Rasulullah. Berawal dari kekalahan kafir Quraisy dalam perang Khandaq menyebabkan Makkah tertutup untuk masyarakat Madinah. Hasrat Rasululah yang tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah di Makkah sehingga dialihkan pada strategi yang lebih lembut melalui penetapan perjanjian yakni "Perjanjian Hudaibiyah". Akan tetapi, pihak kafir Quraisy itu sendiri yang mengkhianati perjanjian tersebut dan lebih memilih untuk melakukan perang. 

Kesalahannya bahwa jumlah pasukan kafir Quraisy tidak berdaya menghadapi pasukan muslim, sehingga Abu Sufyan dijadikan utusan guna memperbarui isi perjanjian tersebut. Tetapi, sesuatu yang ia upayakan sia-sia, Abu Sufyan gagal memperbarui perjanjian tersebut sebab Rasulullah tidak memberikan respon hangat terhadapnya.

Kegundahan, kegelisahan dan ketakutan yang dirasakan Abu Sufyan kala itu mampu dinetralisir oleh Abbas bin Abdul Mutholib. Salah satu tokoh yang membantu, menjamin dan menyelamatkan Abu Sufyan sesegera mungkin menghadap Rasulullah. Walaupun beberapa pertanyaan yang Rasulullah ajukan terkait keimanan Abu Sufyan masih belum mendapatkan titik terang bahwa dia benar-benar ingin masuk Islam, hatinya masih diliputi rasa ragu dan terpaksa menerima ajaran Rasulullah. Abbas pun terus mendorong Abu Sufyan untuk mengucapkan syahadat hingga hati Abu Sufyan pun luluh menyatakan keislamannya dan memohon ampunan atas kesalahan dan dosa yang dahulu diperbuatnya. Selain itu, Rasulullah juga memberikan pernyataan-pernyataan istinewa terhadap Abu Sufyan, bahwasannya dalam peristiwa Fathul Makkah siapapun yang masuk rumah Abu Sufyan, yang masuk masjidil haram, dan yang masuk rumah masing-masing mereka akan aman.

Transformasi keyakinan Abu Sufyan telah mengubah jatidirinya menjadi penyeru dan pembela agama Allah. Aktivitas kehidupan Abu Sufyan setelah masuk Islam benar-benar lebih difokuskan untuk melaksanakan ibadan dan jihad dijalan Allah. Peran terbesar Abu Sufyan dalam sejarah peradaban Islam, bahwasannya beliau pernah ikut serta dalam Perang Hunain sebagai pemimpin pasukan dari kalangan kaum muslimin bersama Mughairoh bin Syu'bah mengepung Tha'if untuk menghancurkan berhala. Kedua kalinya beliau turut berpartisipasi aktif dalam Perang Yarmuk yang terjadi setelah Rasulullah wafat. Dalam perang inilah Abu Sufyan rela mengorbankan matanya, sebab beliau terluka parah akibat busur anak panah yang mengenai matanya ketika pertempuran tersebut terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun