Mohon tunggu...
Aisyia Azzahara
Aisyia Azzahara Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis Pelajar dan Pegiat Literasi di Lombok

Perempuan harus cerdas intelektual dan emosional karena mendidik generasi sama artinya dengan membangun peradaban

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Psikologis Kekerasan Adegan TV terhadap Anak

15 Juni 2022   22:06 Diperbarui: 15 Juni 2022   22:18 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tontonan televisi yang menyajikan adegan yang mengandung kekerasan ternyata memiliki dampak negatif terhadap psikologis anak. Kenyataannya, cerita kartun, sinetron, drama kehidupan, video game, dan ribuan acara TV yang bercerita mengenai pembunuhan dipersepsikan anak sangat berbeda dibandingkan orang dewasa.

Barangkali kita mentoleransi kekerasan dalam sebuah tayangan. Tetapi, seorang anak bukan miniatur orang dewasa dalam memandang dunia. Mereka hanya anak-anak yang belum cukup mengerti mana yang boleh dan tidak boleh.

Banyak para orang tua yang berusaha melindungi anaknya dengan menutup mata anaknya atau menarik mereka untuk menjauhi tindakan kekerasan yang terjadi disekitar mereka. Tetapi bagaimana jika tindakan kekerasan itu dilihat melalui tokoh-tokoh kartun yang saling memukul, membanting, menendang dan saling membunuh? 

Terlebih acara yang ditontonnya berdurasi satu jam atau bahkan lebih. Tentu hal ini menandakan situasi yang tidak baik-baik saja untuk seorang anak.

Anak-anak sangat rentan terhadap aneka pengaruh negatif dari media karena mereka belum mampu sepenuhnya membedakan antara fantasi dan realita. Sebagian besar dari tontonan yang mengandung unsur kekerasan dalam film atau video game mempunyai dampak yang cukup berbahaya terhadap jiwa anak.

Riset menyimpulkan bahwa kekerasan dalam adegan TV berefek  pada psikologis anak dalam berbagai bentuk :

  • Perilaku agresif yang menjurus pada kekerasan

Anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam permainan game dan film dalam waktu yang lama cenderung menunjukkan perilaku agresif dalam tingkat yang lebih tinggi. Anak rentan melakukan hal yang bisa menyakiti atau melukai  teman dan orang-orang disekitarnya.

Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mudah marah, cenderung tidak patuh, mudah membantah dan memukul teman-temannya.

  • Sikap permisif terhadap kekerasan

Banyak sekali kita temui anak yang menonton adegan kekerasan kemudian bereaksi "Wow,lihatlah darah muncrat dari kepalanya, wow!". Ternyata, kekerasan adegan TV mampu menciptakan kesan bahwa tindakan kekerasan dan permusuhan itu adalah hal yang biasa dan bisa diterima.

Jika hal ini terjadi, maka anak akan kehilangan rasa empati terhadap penderitaan orang lain. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tak peduli dan tidak berusaha mencegah tindakan kekerasan. Mereka akan lamban bereaksi terhadap penderitaan orang lain.

  • Aktivitas meniru

Anak-anak akan meniru apa yang mereka tonton. Jika tokoh-tokoh yang mereka lihat menyelesaikan masalah dengan kekerasan, maka begitu juga dengan anak-anak. Merka akan memandang semua persoalan akan dapat diselesaikan dengan kekerasan.

  • Rasa takut berlebihan

TV dapat membentuk pencitraan seorang anak mengenai realitas. Terlalu sering melihat kekerasan membuat anak memandang dunia sebagai tempat yang penuh permusuhan dan tidak aman. Sehingga muncul rasa takut yang berlebih pada anak. Anak akan mudah merasa cemas bahkan menimbulkan trauma terhadap kekerasan yang ia lihat.

George Gerbner dari University of  Pennsylvania menyebutnya "Sindrom dunia yang picik". Dimana orang yang terkena sindrom ini percaya bahwa kekerasan dan kejahatan merupakan bagian yang melekat pada dunia.

Gerbner yakin bahwa anak-anak tidak punya cukup informasi tentang dunia nyata sehingga mereka tidak mampu menempatkan apa yang mereka lihat dalam perspektif yang sebenarnya.

Apa yang orang tua dapat lakukan?

Ada banyak cara yang dapat dilakukan para orang tua untuk mengurangi dampak psikologis kekerasan adegan TV terhadap anak.

  1. Batasi aktivitas menonton televisi
  2. Evaluasi acara yang ditonton anak
  3. Jelaskan mengapa anak tidak boleh menonton TV dalam waktu yang lama
  4. Cegahlah anak yang masih berusia pra sekolah untuk menonton berita yang mengandung unsur kekerasan
  5. Mengajarkan kemampuan menonton secara kritis dalam artian mampu membedakan antara dunia nyata dan tidak.
  6. Jelaskan apa yang dilakukan para tokoh dalam cerita yang ia tonton
  7. Mendampingi anak ketika menonton

Kemajuan teknologi yang semakin pesat dengan sangat mudah bagi anak untuk mengakses konten kekerasan media. Dengan demikian, sudah menjadi tanggung jawab orang tua dalam mengawasi dan mengontrol anak dalam mengkonsumsi media tontonan serta memberikan edukasi penggunaan media yang baik pada anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun