Mohon tunggu...
Aisyha Cahyaningtias
Aisyha Cahyaningtias Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sifat Hakikat Manusia

14 Juni 2023   17:52 Diperbarui: 14 Juni 2023   17:56 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

c.Kata hati (Concience of man)

Kata hati sering disebut dengan istilah hati nurani, pelita hati, suara hati,lubuk hati adalah kemampuan memahami apa yang telah, sedang, dan akan terjadi serta akibat bagi dirinya, yang memberikan penerangan tentang baikburuknya tindakan sebagai manusia. Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan yang baik/benar secara cerdas; menjadi petunjuk moral/perbuatan (Tirtarahardja dan La Sulo, 2005:6).

Implikasi dalam pendidikan: Pendidikan (kata hati) bertugas mempertajam kata hati dengan melatih akal budi, kecerdasan, dan kepekaan emosi; bertujuan memiliki keberanian moral (berbuat) berdasarsuara hatinya.

d.Memiliki moral

Moral adalah norma (ukuran) tentang baik-buruknya tindakan; filsafat moral disebut etika, yang tidak identik dengan etiket (sopan santun). Moral terkait erat (sinkron, sesuai) dengan kata hati. Orang yang moralnya tidak sesuai dengan kata hatinya = bermoral rendah (asor), tidak bermoral. Ingat, orang yang etiketnya (sopan-santunnya) tinggi (penipu) belum tentu bermoral tinggi. Itulah sebabnya pendidikan moral juga sering disebut Pendidikan kemauan yang oleh (Langeveld 1955:28) dinamakan De opvoedeling omzichzelfs wil. Tentu saja yang dimaksud adalah kemauan yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

Implikasi dalam pendidikan: perlu dikembangkan pendidikan moral (pendidikan nilai).

e.Tanggung jawab

Tanggung jawab dapat terhadap: diri sendiri (tuntutan hati nurani) sesamanya (tuntutan masyarakat, norma social), dan Tuhan (tuntutan norma agama). Tanggung jawab terkait dengan tindakan moral dan suara hati, berdasar kodrat manusia. Tanggung jawab menjadi hilang bila tindakan yang dilakukan bukan karena keputusan moral sesuai suara hatinya (dipaksakan). Bertanggung jawab berarti sadar dan rela menerima akibat dari tindakannya sesuai tuntutan hati nurani, norma sosial, norma agama.

Implikasi pedagogis: perlu pendidikan nilai sebagai pribadi dan anggota masyarakat.

g.Hak dan kewajiban

Dalam realitas hidup sehari-hari, umumnya hak diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban dipandang sebagai suatu beban. Tidak ada hak tanpa kewajiban. Benarkah kewajiban menjadi beban manusia? Ternyata bukan beban, melainkan keniscayaan (Drijarkara, 1969:24-27). Mengingkari kewajiban berarti mengingkari kemanusiannya. Memenuhi kewajiban merupakan keluhuran, bermartabat sebagai mamusia. Kewajiban bukan keterikatan melainkan keniscayaan. Namun demikian, hak dan kewajiban dapat menjadi relative, sesuai dengan kondisi dani situasinya. Hak bersifat netral, tidak harus dituntut, bahkan juga yang terkait dengan hak asasi sekalipun. Hak dan kewajiban harus dilaksanakan berdasar keadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun