10 destinasi wisata tersebut sebelumnya memang sudah dikenal keindahannya, namun sarana pendukung di daerah wisata tersebut dirasa masih kurang mumpuni untuk menunjang wisatawan berkunjung ke destinasi tersebut. Oleh karenanya, pemerintah merencanakan pembangunan pendukung di daerah wisata guna memperluas daerah wisata yang dapat menunjang ekonomi Indonesia.
Hingga Agustus 2019 lalu, cnbcindonesia.com menyebutkan bahwa empat dari sepuluh kawasan pariwisata sedang dibangun fasilitas dasar dan beberapa infrastruktur pendukung lainnya. Namun ada satu hal yang mungkin terlupa dari berbagai persiapan pembangunan ini, yaitu bagaimana masyarakat di wilayah tersebut dapat menerima pembentukan baru di wilayah tersebut.Â
Menurut Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) (2009), aset budaya dilihat sebagai kekayaan warisan dan fondasi identitas yang dimiliki suatu destinasi wisata. Sedangkan sejak 1980, "wisata budaya" dipandang sebagai sumber utama pembangunan ekonomi untuk banyak sektor dalam suatu destinasi wisata.
Saat ini wisatawan semakin sering mengunjungi suatu destinasi untuk dapat mengalami gaya hidup, keseharian budaya, dan kebiasaan dari orang-orang dilokasi yang mereka kunjungi.
Richards (2005), mengatakan bahwa pariwisata bergeser dari menikmati keasyikan suasana alam menjadi industri budaya atau industri kreatif yang dibentuk dan dilestarikan dari suatu destinasi. Daya tarik dan daya saing setiap daerah yang beragam dapat menjadi pertimbangan dalam ekspansi satu wisata.Â
Hal-hal lain yang juga perlu dipertimbangkan yaitu bagaimana keberlanjutan ekonomi (dari segi aktivitas masyarakat, dan event), infrastruktur dan keberlanjutan lingkungan serta kondisi sosial.Â
Hubungan orang-orang lokal juga menjadi hal yang sangat penting dalam mempertimbangkan ekspansi wisata. Hal ini dikarenakan penciptaan "atmosfer" baru dikhawatirkan dapat membentuk guncangan budaya di lokasi terkait.
Karena menurut OECD (2009), secara normal pengunjung suatu destinasi wisata dipahami sebagai pelanggan, sedangkan sektor budaya dari penghuni wilayah asli tentu memiliki asumsi yang berbeda.Â
Hal ini perlu dipersiapkan dalam pembangunan 10 Bali Baru mengingat beragamnya budaya di Indonesia serta tidak semua budaya asing dapat serta merta memiliki peluang untuk diadaptasi dan dikembangkan dalam destinasi tersebut.Â
Jika disamaratakan, setiap wisatawan mancanegara akan menganggap setiap penduduk lokal di destinasi wisata pasti sama ramah dan hangat layaknya di Bali. Namun, karakter masyarakat Indonesia yang beragam perlu dipersiapkan serta diberi panduan untuk mempersiapkan diri dalam mengembangkan destinasi wisata Indonesia, sekalipun tanpa mengubah budaya lokal yang telah ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H