Pikler Approach atau Pendekatan Pikler pertama kali dipelopori oleh Dokter Anak asal Hungaria yang bernama Emmi Pikler. Dokter Emmi Pikler mengusulkan pemikirannya tentang pengasuhan pada anak usia 0-3 tahun. Ia mempraktikkan pemikiran tersebut di Pikler Institute, Budapest, Hungaria. Ia juga menciptakan sebuah buku yang berjudul Mit Tud Mar a Baba? (What Do You Know About Your Baby?) yang dipublikasikan pada tahun 1940. Buku tersebut menjelaskan tentang ide-ide dasar dalam menstimulasi tumbuh kembang anak selama melakukan pengasuhan.
Pendekatan Pikler merupakan pendekatan yang berfokus pada pengasuhan yang penuh perhatian, kebebasan bergerak, bermain bebas, dan rasa hormat terhadap inisiatif anak. Pendekatan Pikler memiliki beberapa persamaan dengan Pendekatan Montessori. Secara global, Pendekatan Montessori memang lebih dikenal luas dalam bidang perkembangan anak. Namun, kedua pendekatan tersebut memiliki persamaan, seperti berpusat pada anak, pembelajaran yang aktif, praktik yang sesuai dengan perkembangan anak, serta lingkungan yang telah dipersiapkan sehingga aman, mendukung, dan menyesuaikan kebutuhan anak (Gnaor, 2024).
Pendekatan Pikler merupakan pendekatan pengasuhan yang penuh dengan perhatian. Pengasuhan bukanlah sebuah tugas yang harus diselesaikan oleh pengasuh, namun sebuah kesempatan untuk bersama dan menikmati kebersamaan tersebut. Pendekatan Pikler menganjurkan interaksi yang penuh perhatian antara pengasuh dan anak, khususnya selama melakukan pengasuhan seperti memberi makan, mengganti popok, atau memandikan anak. Pengasuh dapat membangun kepercayaan dengan memberikan perhatian penuh kepada anak dan terlibat dalam komunikasi yang penuh perhatian (Cooper et al., 2023).
Pengasuh melakukan kontak mata dan menggunakan sentuhan yang lembut pada anak. Pengasuhan tidak hanya dilakukan kepada anak saja, namun dilakukan juga bersama anak. Pengasuh meminta anak untuk dapat berpartisipasi bersama, misalnya dengan meminta bayi untuk mengulurkan lengan mereka sehingga pengasuh dapat mengenakan lengan baju tersebut. Bayi yang baru lahir tentu saja masih belum mengerti akan kata-kata tersebut. Namun, ketika kata-kata tersebut diulang selama sesi berpakaian, bayi yang menginjak usia 4 bulan akan mulai mengangkat lengan mereka untuk dikenakan baju oleh pengasuhnya (Cooper et al., 2023).
Selain menekankan pada pendekatan yang memiliki filosofi pengasuhan penuh perhatian, pendekatan Pikler juga menekankan pada free play atau bermain bebas. Pada pendekatan Pikler, anak memiliki hubungan yang stabil secara emosional dengan pengasuh mereka. Anak akan merasa senang selama menghabiskan waktu bersama pengasuhnya. Akan tetapi, anak tidak ingin pengasuh tersebut terus menerus berada di sisi mereka. Sehingga, pendekatan Pikler memiliki jenis bermain free play atau bermain bebas, di mana anak memiliki ruang yang dirancang sesuai dengan kebutuhan, keamanan, dan eksplorasi mereka untuk membangkitkan kesenangan serta  mendukung aktivitas bermain yang dilakukan (Sagastui et al., 2020).
Dalam bermain bebas, anak memiliki kebebasan untuk bermain dengan cara yang tidak terstruktur sehingga memungkinkan mereka untuk mengekspresikan dan mengatasi perasaan atau situasi yang sulit atau menekan. Berdasarkan teori bermain psikoanalisis menurut Donald Winnicott, yakni seorang dokter anak dan psikoanalisis memaparkan bahwa terdapat potential space dalam bermain bebas. Orang dewasa seperti orang tua atau pengasuh dapat memberikan dukungan atau ruang aman bagi anak untuk bermain bebas sehingga mereka dapat menjelajahi perasaan dan dunia mereka secara bebas. Anak memiliki objek pengganti (traditional object) dari orang dewasa, seperti mainan atau selimutnya untuk dapat diajak bermain bersama (Damayanti, 2021).
Pengasuh perlu mempercayai anak dan menghargai permainan yang dilakukan oleh mereka. Pengasuh tidak perlu menyarankan, mendemonstrasikan, atau memberikan umpan balik kecuali jika anak yang mengharapkan respons tersebut. Pendekatan Pikler mempercayai bahwa anak dapat berkembang ketika mereka bermain bebas di lingkungan yang aman, nyaman, dan menarik bagi mereka. Pengasuh didorong untuk membiarkan anak untuk mengeksplorasi dan menguasai kemampuannya secara mandiri. Pengasuh juga tidak perlu mengarahkan gerakan atau melakukan intervensi dalam aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak. Sehingga, pendekatan ini sering kali melibatkan area bermain yang tidak luas dengan pilihan mainan yang mendorong imajinasi, kreativitas, dan pemecahan masalah (Sagastui et al., 2020).
Melihat bahwa pendekatan Pikler menekankan pada jenis bermain free play atau bermain bebas, pendekatan ini tentunya mengutamakan gerakan bebas tanpa adanya gangguan. Anak yang merasa nyaman dengan pengasuhnya, maka akan lebih rileks dan berkembang secara alami. Pendekatan Pikler meyakini bahwa anak tidak boleh ditempatkan pada posisi yang tidak dapat mereka lakukan sendiri karena dapat mengganggu perkembangan alami. Sebagai contoh, membiarkan anak untuk berguling, duduk, merangkak, hingga berdiri secara alami tanpa adanya paksaan. Melalui gerakan yang alami, tulang belakang anak akan menjadi lurus, serta bentuk tubuh anak akan menjadi lebih elastis, fleksibel, dan berotot. Hal ini juga dapat membantu anak untuk memahami tubuh dan lingkungan mereka sendiri (Cooper et al., 2023).
Pendekatan Pikler menawarkan berbagai manfaat pada aspek perkembangan anak usia dini, mulai dari aspek perkembangan fisik motorik, sosial emosional, hingga kognitif. Pada aspek perkembangan fisik motorik, pendekatan Pikler menekankan pada gerakan bebas yang memungkinkan anak untuk memperoleh kemampuan fisik motorik yang holistik. Anak tidak dipaksakan untuk berada di posisi tubuh yang tidak dapat mereka capai secara mandiri sehingga otot dan sendi akan berkembang secara alami serta dapat mengurangi risiko cedera atau ketegangan (Cooper et al., 2023).
Pada aspek perkembangan sosial emosional, pendekatan Pikler memberikan lingkungan yang aman dan menarik bagi anak dalam bereksplorasi secara bebas. Pendekatan Pikler menciptakan lingkungan yang aman, mandiri, dan seimbang secara emosional yang berasal dari kepercayaan yang dibangun oleh anak bersama pengasuh melalui interaksi yang penuh dengan perhatian, rasa hormat, dan percaya diri. Pendekatan Pikler juga melibatkan anak dalam komunikasi selama pengasuhan sehingga anak dapat mengekspresikan kebutuhan dan emosi mereka dengan percaya diri. Bermain bebas dalam pendekatan Pikler juga dapat menjadi sarana dalam melepaskan kenangan dan perasaan tidak nyaman yang dirasakan anak. Hal ini sesuai dengan teori bermain psikoanalisis yang dicetuskan oleh Sigmund Freud (1920). Berdasarkan teori tersebut, bermain merupakan mekanisme dalam mengulang kembali pengalaman traumatis yang dialami sebagai upaya dalam memperbaiki dan menguasai pengalaman tersebut demi kepuasan anak (Pinangkaan & Silaban, 2023).
Adapun pada aspek perkembangan kognitif, pendekatan Pikler juga dapat mendorong anak untuk memecahkan permasalahan secara mandiri dan mengambil inisiatif dalam kegiatan belajar yang dilakukan. Pengasuh tidak menunjukkan pada anak cara dalam melakukan sesuatu, namun anak dibebaskan untuk mencari tahu sendiri sehingga dapat menumbuhkan pemikiran yang kritis dan kreatif (Sagastui et al., 2020).
Saat ini, pendekatan Pikler masih belum diimplementasikan di Indonesia sehingga pendekatan ini bisa menjadi peluang yang besar untuk diterapkan. Pendekatan yang penuh perhatian terhadap perkembangan alami anak serta menekankan pada kebebasan dan eksplorasi, tentu dapat diterima dengan baik di kalangan orang tua, pengasuh, hingga pendidik yang mencari pendekatan baru yang mendukung perkembangan alami dan penuh perhatian. Dengan edukasi yang tepat dan pemahaman yang luas tentang manfaat pengasuhan dengan pendekatan Pikler, pendekatan ini dapat menjadi alternatif yang bermanfaat dalam pengasuhan anak di Indonesia.
Â
Referensi
Cooper, M., Gorst, L., Gould, K., Hedges, H., Lemon, R., Hara-gregan, J. O., Tesar, M., Weisz-koves, T., Rockel, J., Editor, H., Stover, S., Tangata, H., Tangata, H., & Hi, H. T. (2023). Volume 25 Issue 1 Editors Collective Tis People ! Tis People Tis People Adapted by Rose Pere (Vol. 25, Issue 1).
Gnaor, K. (2024). THE PIKLER AND MONTESSORI APPROACH , SENSORY INTEGRATION AND PSYCHOMOTOR THERAPY : A COMPARATIVE STUDY BASED ON RESEARCH. September. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.32769.88166
Penebangan, A., Secara, H., Di, L., Distrik, W., & Kabupaten, S. (2024). Jurnal Lingkar Pembelajaran Inovatif. 5(November), 105–117.Cooper, M., Gorst, L., Gould, K., Hedges, H., Lemon, R., Hara-gregan, J. O., Tesar, M., Weisz-koves, T., Rockel, J., Editor, H., Stover, S., Tangata, H., Tangata, H., & Hi, H. T. (2023). Volume 25 Issue 1 Editors Collective Tis People ! Tis People Tis People Adapted by Rose Pere (Vol. 25, Issue 1).
Pinangkaan, E. A., Silaban, R. A., & Ramli, M. (2023). TEORI BERMAIN. Penerbit Tahta Media.
Sagastui, J., Herrán, E., & Anguera, M. T. (2020). A Systematic Observation of Early Childhood Educators Accompanying Young Children’s Free Play at Emmi Pikler Nursery School: Instrumental Behaviors and Their Relational Value. Frontiers in Psychology, 11(July), 1–12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.01731
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H