Saat itu posisi Edhi sedang breafing dengan team-nya. Mendengar berita tersebut, Edhi langsung kalap, ia menjerit dan tak sadarkan diri. Sepertinya Lelaki itu tak kuasa menahan kepedihan  yang begitu mendalam.
{ { {
Dua puluh satu Juni, semenjak kejadian itu ia seperti menyulam puzzle yang tercecer, kian hari tersusun meski hingga mencapai puluhan tahun, namun bentuknya tak sama seperti semula.
Suara lonceng jam dinding di ruang makan, menyadarkanya. Seketika ia melihat jam dinding di kamar, sudah jam setengah dua. Ia belum menunaikan shalat Dzuhur, ia langsung mengambil air wudhu.
Ketika sampai di ruang shalat, ia menemui Yasmin sedang membaca al-Quran dengan tartil. Tiba-tiba anak semata wayangnya sekaligus pelipur laranya itu beranjak dan menemui neneknya di ruang makan. " Nek, kalo ini dibaca apa nek?". "Tanzilal 'aziizir rohim". Coba kamu baca kembali. "Alaa shiroothim mustaqim,Tanzilal 'aziizir rohim"Yasmin. "Pintar anak mami Evelyn" Ibu Edhi sambil mencium kening cucunya itu. Mendengar pujian Ibunya kepada anaknya, ia tersenyum dan berbicara pada hatinya, "ini yang di tunggu Ayah dan kamu Evelyn, Kalian melihatnya kan di surga?" Edhi tersenyum bersyukur