Mohon tunggu...
Aisyah Safitri Hayati
Aisyah Safitri Hayati Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Instructor, Asesor and Writer

Aktif mengajar di SMKN 31 Jakarta, Instruktur dan asesor di LSP P2KPTK2 Jakarta Pusat- BNSP, Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

21 Juni di Himalaya

13 Februari 2023   11:35 Diperbarui: 13 Februari 2023   11:46 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari-hari setelah itu sudah terlewati, mereka telah kembali ke Swiss. Namun perubahan pada Evelyn terjadi, ia tidak seperti biasa ia pendiam tidak banyak bicara dengan Edhi. Dalam sebuah lamunan Edhi terbesit apa ia harus pindah agama, lalu bagaimana dengan keluarganya  di Indonesia.

"Astagfirullahaladzim.." Ia mengulang-ngulang kalimat istigfar. Pikirnya, Evelyn perempuan yang begitu baik, ia berani mencintai apa adanya. Tapi di sisi lain, ia mempunyai Tuhan yang agung yang senantiasa memberikan kasih sayang sampai ia bertemu dengan Evelyn.

Tiga bulan berlalu, Edhi tak mendapat perubahan dari sikap Evelyn. Ia mengayuh panjang pada kebimbangan. Ia senantiasa shalat di sepertiga malam untuk mencari solusi yang terbaik. Meminta akhir cerita yang damai meski tak akan dipersatukan dengan Evelyn. Ia tak menginginkan sebuah pengertian yang salah ada dalam pikiran Evelyn tentang agamanya tentang perasaaan yang sebenarnya.

Pada akhinya pun berakhir, Edhi berada di Zurich Airport untuk kembali sementara ke Indonesia. Jawaban pun tak ada, sampai ia mau kembali ke Jakarta, Indonesia. Ia duduk di terminal 3 penerbangan internasional menggunakan Swiss Internasional Air Lines .  Tiba-tiba dalam lamunannya ia dikagetkan seorang gadis. Edhi menggeryitkan kedua matanya, tak percaya Evelyn menghampirinya dengan fashion muslim, Ia berjilbab. Evelyn mengulurkan tangan pada Edhi. " I am Moslem". Tegas Evelyn.

Sontak kaget ketika mendengar pengakuan Evelyn " Really?" Edhi. Evelyn hanya tersenyum dan mengangguk mengedipkan matanya. Edhi langsung sujud syukur, tak menghiraukan yang lainnya.

{ { {

Sebuah pernikahan pun ditemukan Edhi dan Evelyn, untuk mendapatkannya tidak begitu mudah. Karena Ibu Edhi melarang hubungan mereka, ia tak menyukai gadis bule seperti evelyn. Sebenarnya ibu Edhi tidak mempunyai alasan yang jelas untuk tidak suka dengan Evelyn, karena selama ini ia hanya meragukan keislaman Evelyn. Namun yakin betul, Edhi sudah merasakan  kesungguhan keislaman Evelyn, bahkan ia tidak menemui keislaman pada teman gadis sejawatnya yang memang terlahir islam. Pikir Edhi, semua akan berlalu dengan waktu, biarlah ibunya akan mengenal Evelyn dengan sendirinya. Berbeda dengan ayah Edhi yang begitu menyukai mantunya itu, ia begitu bangga melihat Evelyn yang sungguh-sungguh masuk agama Islam, ia kerap melihat menantunya itu membaca al-Quran dengan tartil, perempuan yang mandiri, berjiwa besar dan mau belajar.

Bulan beganti bulan pun evelyn melaluinya dengan baik meski kerap setiap hari ia menemui muka masam ibu mertuanya. Ia tetap bersikap baik terhadap ibu mertuanya itu. Suatu ketika evelyn menemui kembali titik kejenuhan, hari itu ia benar-benar melayani keluarga kecil yang ia bangun dengan Edhi, untuk menunjukan kepatutannya terhadap Edhi. Edhi adalah anak terakhir dari lima bersaudara, keempat saudaranya adalah perempuan. Saudara-saudara Edhi menerima Evelyn dengan baik, laiknya seorang adik kandung.

Kala itu acara nujuh bulan kehamilan Evelyn, di rumah semua sanak-saudara berkumpul. Ibu Edhi hatinya benar-benar keras bagai batu, Ia tak bisa menjaga perasaan Evelyn. Di depan anak-anaknya ia mendiami Evelyn, meski

tanpa kata namun makna sebuah kebencian itu begitu mendalam. Bahkan terlontar kata keraguan yang ditusukan untuk mepermalukan memantunya yang berasal dari Italy itu. "Apa ia akan terlahir seorang anak yang beragama baik, kalau orang tuanya saja baru mengenal dan belajar islam!" Ia sambil melirik Evelyn. Mendengar mertuanya berbicara seperti itu, ia langsung pergi meninggalkan yang lainnya, Evelyn menuju kamarnya.

Lalu, "Tok..tok..tok.." ada yang mengetuk pintu kamar Evelyn. " Siapa?" Tanya Evelyn. "Ka Bilqis, Ev!". Evelyn langsung membukakan pintu untuk kakak tertua Edhi. "Ev, jangan kamu masukan hati, Ibu memang seperti itu." Balqis. Lalu Evelyn langsung memeluk kakak iparnya itu, "Saya ingin menangis, Ka!". pungkas Evelyn sambil merengkung pundak kakak iparnya, gayung pun bersambut pelukan erat dari Balqis. "Kita semua sayang kamu, Evelyn."pungkas lembut Balqis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun