Mohon tunggu...
Aisyah Rohaniyah
Aisyah Rohaniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi Perencanaan Strategi di Pesantren, Menyiapkan Generasi Unggul dalam Menghadapi Bonus Demografi 2045

22 Oktober 2024   11:03 Diperbarui: 22 Oktober 2024   11:17 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai penyelenggara pendidikan, pesantren memiliki tanggung jawab strategis untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul untuk mencapai Visi Indonesia Emas.
Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga harus dibarengi dengan peran ini, seperti yang ditunjukkan oleh perkembangan pesantren yang cepat. Menurut data dari Emis Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, ada 34.580 lembaga pesantren di seluruh Indonesia, dengan 4.766.447 siswa. Ini menunjukkan bahwa pesantren menghadapi banyak tantangan dalam menyiapkan siswa yang berkualitas. 

Martin van Bruinessen membuat tiga model pesantren. 

Model pertama adalah yang paling sederhana, model pesantren ini menerapkan kurikulum dasar, seperti membaca huruf Arab dan menghafal beberapa surat pendek sampai fasih membaca al-Qur'an. 

Model kedua adalah model pesantren sedang, yang dimana dengan meningkatkan tingkat kurikulum, model pesantren ini lebih tinggi dari pesantren dasar. Santri diajarkan tentang kitab fiqih, aqidah, akhlak, tata bahasa arab dan pelajaran lainnya yang selevel. 

Model ketiga adalah model pesantren paling maju, model pesantren ini mulai memberi siswa mata pelajaran seperti mengakji kitab-kitab lebih tinggi yang bersifat perbandingan madzhab atau antar golongan dan menekankan pada aspek praktik.

Menurut data Emis dari Kementerian Agama, tidak semua pesantren memiliki materi dan kurikulum yang memadai. Ada ketimpangan antar pesantren di Indonesia, dan banyak di antaranya tidak layak dianggap sebagai institusi pendidikan. 

Ini menjadi bagian dari masalah unik yang harus diselidiki secara menyeluruh. Melihat model dan variasi yang ditunjukkan di atas, pesantren dapat dibagi menjadi dua bagian: masalah akademis dan masalah nonakedemis. 

Problematika akademis berhubungan dengan banyak subjek guru, pendekatan pengajaran, dan kurikulum. Pro blematik nonakademis mencakup pendidikan dan sumber daya keuangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun