Mohon tunggu...
aisyah ramadhona
aisyah ramadhona Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hidup ini memang tidak abadi,tetapi dengan menulis namamu akan abadi. Aku menyukai ketenangan bukan berarti berharap kesepian,tidak suka keramaian tetapi suka meramaikan(untuk lingkungan tertentu). Semoga terinspirasi:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wanita Multiperan

12 Desember 2023   13:36 Diperbarui: 11 Januari 2024   09:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah melewati dan pemulihan pasca nifas,ia kembali bekerja. Meskipun berasal dari keluarga yang kurang berada,tak membuatnya putus asa. Karena sekarang ia juga telah memiliki keluarga kecil. 

Meskipun gaji perbulannya yang lumayan besar dibanding suaminya. Ia tak berbesar hati,uang yang diterimanya ia tabung dan simpan untuk membeli rumah.

Ia rela makan hanya dengan menu sederhana ,di belakang rumahnya ditanam berbagai sayuran dan lalapan seperti ubi jalar,jambu mente,buah nangka dan lainnya. Uang hasil jerih payah tidak digunakan untuk membeli makanan mahal ataupun baju mewah. Saat bekerja sampingan sebagai pekerja borongan,suaminya pernah ditipu oleh atasannya yaitu tidak diberi gaji selama tiga bulan,sehingga mereka saat itu hanya makan nasi dengan garam. Yang terpenting baginya adalah bagaimana cara membeli susu untuk anak-anak nya . 

Setelah kejadian itu suaminya berhenti bekerja dan Ketika uang dari gaji bu Ipat terkumpul sudah cukup banyak bu Ipat dan suaminya berhasil membeli dua buah rumah di daerah Punggur saat itu. Namun setelah sepuluh tahun tinggal di sana ,Bu Ipat disuruh neneknya untuk pulang ke Padang. Dengan berat hati,ia dan suaminya memutuskan untuk menjual kedua rumah hasil jerih payahnya.

Saat kembali ke kampung halamannya,ia bekerja sebagai penjual gorengan,melanjutkan usaha ibunya di dekat samping rumahnya. Kata neneknya ,uang itu bisa dicari ,karena rezeki sudah diatur. Jadi ia memberanikan diri untuk hidup sebagai penjual sarapan dan gorengan. Kebetulan di depan rumahnya ada sekolah. Sehingga anak-anak sekolah itulah yang melariskan usahanya.

Ia mengungkapkan bahwa uang hasil dari penjualan rumah dipergunakan untuk membuat kos-kosan. Meski tak seberapa ia berusaha dengan mengangsur pembangunan kos itu. Mulai dari membeli semen,besi,seng,cat dan sebagainya.

Sembari menjadi ibu kantin,ia juga tengah membangun masa depan untuk anak-anaknya agar kelak hidup sukses dan tak menghadapi nasib yang sama seperti dirinya. Kemudian pada tahun 2019 lahir lagi putra kecil bernama Arya yang saat ini berusia kurang lebih empat tahun. Mempunyai empat orang anak tak membuat semangatnya pudar ,kata orang 'banyak anak banyak rezeki' itulah yang menjadi penyemangatnya untuk terus berjuang. 

Setelah sepuluh tahun ,akhirnya pembangunan kos-kosan selesai. Kos-kosan ini hanya satu tingkat dan di isi dengan tujuh kamar . Bu Ipat mulai meresmikan kos-kosannya pada saat marak-maraknya Corona. Karena kerendahan hati dan kesulitan hidup yang telah ia jalani,ia paham bahwa untuk anak-anak kuliah atau sekolah sangat susah mencari kos karena biayanya yang terbilang mahal.Sehingga harga untuk kos-kosannya hanya dua ratus lima puluh ribu perbulannya. Sudah dilengkapi kamar mandi luar,dapur dan pasokan air.

Alasan lain kenapa harga kosnya murah yaitu karena ada anak wisma yang bercerita kepadanya bahwa kamar mandi di wisma tersebut tidak ada lotengnya yang membuat mereka khawatir dan sedikit takut. Selain itu harga kos-kosan ini murah disebabkan letaknya yang lumayan jauh dari tepian jalan. Namun masih banyak pedagang di sekitarnya,sehingga tidak perlu khawatir untuk membeli keperluan sehari-hari.

Sekarang di usianya yang tak muda lagi ,kisaran 48 tahun ia masih terus berusaha menghidupi anak-anaknya dengan menjual makanan, disamping suaminya yang bekerja borongan atau jika hanya mendapat panggilan temannya.

Kesulitan yang dihadapi ketika seharusnya bu ipat mendapat uang bulanan dari hasil pembayaran kos,justru tak ia dapatkan sepenuhnya. Salah satu penyebabnya adalah pembayaran uang kos yang tak sama waktunya karena tanggal pembayaran yang berbeda-beda , sehingga dua ratus lima puluh ia dapatkan di minggu atau hari yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun