Minat baca masyarakat di Indonesia masih sangat rendah. Faktor penyebab rendahnya minat baca diantaranya adalah 1) lingkungan keluarga dan masyarakat tidak mendukung, 2) minat beli buku rendah, 3) kurangnya perpus yang memadai, 4) perkembangan yang negatif dari elektronik, 5) strategi yang monoton, 6) sistem membaca yg kurang tepat (Wahyuni, 2009: 128).
Di pedesaan, anak kelas 1 masih ada yang belum bisa membaca. Bahkan SD yang tertinggal, anak kelas 3 atau 4 ada yang belum bisa membaca. Membaca sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan budaya literasi.Â
Namun, sampai saat ini budaya literasi membaca masyarakat Indonesia masih sangat rendah, berada di bawah rata-rata internasional. Dari survei yang dilakukan oleh Central Connecticut State University di New Britain, menyatakan bahwa Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara.
Pemahaman mengenai literasi sangat penting bagi masyarakat Indonesia khususnya, karena banyaknya bimbingan belajar calistung bagi anak yang tidak sesuai dengan perkembangan anak.Â
Untuk mewujudkan siswa yang melek huruf ada berbagai komponen yang harus dipenuhi. Seperti bekerjasama dengan pihak keluarga dan juga pihak sekolah (Auerbach, 1995: 658). Semua pihak harus menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mewujudkan gerakan literasi ini (Luby, 2009: 473).
Dalam pendidikan formal, yang berperan aktif adalah guru, pustakawan, tenaga kependidikan dan kepala sekolah lah yang sangat berperan penting dalam memfasilitasi siswa untuk menciptakan lingkungan litersi di sekolah (Wandasari, 2017: 326).Â
Selain itu juga minat siswa dalam membaca sangat kurang karena buku yang dibaca tidak berwarna dan tidak bergambar.
Literasi baca dan tulis merupakan salah satu dimensi literasi dari enam dimensi lainnya. Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial (Kemndikbud, 2017:6).Â
Bentuk kegiatan dalam literasi baca dan tulis ini tentu efektifnya digerakkan melalui lingkungan sekolah. Namun kondisi Indonesia saat ini tidak mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah karena pandemik Covid-19.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil kebijakan bahwa daerah dengan status Covid-19 zona merah, oranye, dan kuning, tidak boleh melaksanakan pendidikan tatap muka, melainkan pembelajaran jarak jauh. Pemerintah Aceh juga mengeluarkan peraturan tentang pelaksaan pembelajaran dilakukan dari rumah.Â
Hal ini tentu tak mudah bagi pendidik dan peserta didik. Sudah tentu banyak kendala-kendala yang terjadi saat proses pembelajaran daring. Kendatipun demikian, hal ini menjadi dunia baru bagi pendidik dan peserta didik tentulah harus disikapi dengan bijaksana.Â
Dunia baru bagi pendidik dan peserta didik di masa pandemik Covid-19 tentu membutuhkan strategi pembelajaran baru juga yang harus dilakukan pendidik. Dalam hal ini guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan meskipun pembelajaran yang dilakukan secara daring dan dari rumah.
Pembelajaran yang menerapkan strategi literasi penting untuk menumbuhkan pembaca yang baik dan kritis dalam bidang apa pun. Berdasarkan beberapa sumber, dapat disarikan tujuh karakteristik pembelajaran yang menerapkan strategi literasi yang dapat mengembangkan kemampuan metakognitif yaitu: (1) pemantauan pemahaman teks (siswa merekam pemahamannya sebelum, ketika, dan setelah membaca), (2) penggunaan berbagai moda selama pembelajaran (literasi multimoda), (3) instruksi yang jelas dan eksplisit, (4) pemanfaatan alat bantu seperti pengatur grafis dan daftar cek, (5) respon terhadap berbagai jenis pertanyaan, (6) membuat pertanyaan, (7) analisis, sintesis, dan evaluasi teks, (8) meringkas isi teks.
Menurut Rahmawan (2013), cara untuk menumbuhkan minat literasi yaitu: 1) Mengalokasikan waktu khusus untuk membaca, 2) Membeli buku secara teratur untuk menumbuhkan minat baca kemudian menuangkannya dalam tulisan, 3) Memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan membaca dan menulis, 4) Belajar membaca efektif dengan membiasakannya sejak usia dini, dan 5) Membuat target membaca, daftar buku yang akan diselesaikan untuk dibaca dlaam waktu yang ditentukan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H