Mohon tunggu...
Aisyah
Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Ilmu Hukum/Universitas Airlangga

Mahasiswa Semester 2 Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Fenomena Fear Of Missing Out dan Cara Berdamainya

7 Juni 2024   14:14 Diperbarui: 7 Juni 2024   14:16 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kehidupan yang serba cepat dan serba digital membawa kalangan remaja, atau yang biasa disebut Gen-Z, pada suatu keadaaan yang meresahkan. 

Arus informasi yang begitu cepat membuat kalangan Gen-Z berlomba-lomba mengikuti trend yang sedang terjadi di dunia maya. Derasnya trend yang terjadi seringkali membawa Gen-Z pada lingkungan pertemanan yang tidak sehat. 

Pertanyaan-pertanyaan seperti "Kok kamu ngga ikutan trend A? Lagi happening banget loh itu" serta label "Ketinggalan zaman deh, Kamu" seringkali memunculkan rasa takut ketinggalan momen atau biasa disebut fear of missing out (FOMO).

Sering kali konten-konten di media sosial yang menampilkan keberhasilan atau peristiwa yang menyenangkan menjadi sebuah tolak ukur untuk hidup kita. 

Seakan punya keharusan untuk sama dengan yang lain, untuk setara dengan yang lain, atau bahkan untuk lebih dari yang lain, pada akhirnya membawa kita hidup dalam sebuah lingkaran yang sempit. 

Keharusan-keharusan yang diciptakan sendiri membawa kita tenggelam akan realitas yang terjadi dalam hidup kita dan membuat kita seakan hidup seperti "zombie". 

Tak jarang, FOMO menimbulkan rasa kompetitif yang begitu tinggi bahkan dengan teman dekat. Merasa bersaing dan tak mau kalah, atau lebih parahnya tidak ingin melihat teman lebih sukses dari dirinya. Tentu saja hal-hal seperti ini dapat menimbulkan stress, cemas berlebih hingga depresi.

- Pengertian FOMO

Mengutip Laman health.clevelandclinic.org, FOMO atau Fear Of Missing Out merupakan perasaan atau persepsi bahwa seseorang memiliki kehidupan yang lebih menyenangkan, memiliki pengalaman dalam hal-hal baru, serta memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dibanding kehidupan kita. 

Perasaan atau persepsi FOMO membawa seseorang pada kondisi takut melewatkan trend yang sedang populer di lingkungan masyarakat dan merasa harus selalu ikut andil dalam trend-trend populer.

Dr. Sullivan mengatakan "dengan adanya kemajuan media sosial, banyak orang merasa seperti mereka tidak dapat keluar dari perasaan FOMO. 

Kita harus mengakses semua hal 24 jam setiap hari, 7 hari dalam seminggu, dan hampir seluruh orang memiliki pelbagai media sosial. Karena ini, orang merasa seperti mereka tertinggal atau bahkan mereka tidak melakukan yang terbaik untuk mendapatkan potensi penuh mereka."  

- Cara Berdamai Dengan Perasaan FOMO

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan agar kita tidak ketinggalan zaman tetapi juga tidak FOMO, antara lain:

  • Mengenali dan menerima diri sendiri 

Salah satu cara untuk berdamai dengan rasa FOMO adalah dengan mengenal dan mencintai diri sendiri. Dengan mengenal diri kita berarti kita tahu potensi dan minat bakat yang kita miliki. Dengan mengenal diri kita, kita tau apa kekurangan dan kelebihan yang dapat kita eksplor lebih jauh. Kita juga dapat memiliki kehidupan yang menyenangkan jika kita mampu mengenal dan menerima diri sendiri.

  • Sadari kehidupan yang sedang dijalani

Cobalah untuk sadar dan hadir dalam realitas kehidupan yang sedang dijalani dengan cara mencari hobi baru, membaca buku, berteman dengan orang lain di kehidupan nyata. Lakukan hal-hal yang membuat kita sadar bahwa kita hidup dan menjalani kehidupan kita. Sadari bahwa setiap orang memiliki jalan yang berbeda-beda untuk mencari dan menemukan minat bakat yang dimiliki. Sadari bahwa pencapaian orang lain bukanlah standar hidup yang harus kita ikuti. Dengan melakukan hal-hal tersebut kita akan lebih mindful dalam menjalani hidup.

  • Limitasi penggunaan media sosial

Membatasi penggunaan media sosial juga merupakan salah satu cara untuk sadar akan kehidupan yang sedang dijalani. Dengan membatasi penggunaan media sosial, kita akan lebih berinteraksi dengan orang dan hal-hal yang ada disekitar kita tanpa harus terdistraksi dengan derasnya perubahan yang sedang terjadi di dunia luar. Bukan berarti dengan membatasi penggunaan media sosial menjadikan kita "ketinggalan zaman". Justru, hal ini membuat kita hanya mencari hal-hal yang memang ingin kita ketahui dan membuat kita lebih bijak dalam penggunaan media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun