Mohon tunggu...
Aisyah Fad
Aisyah Fad Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk berjalan, belajar memahami, dan berbagi.

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ringan tapi Berat, Ah, Saya Iri!

19 Juni 2021   10:00 Diperbarui: 19 Juni 2021   10:02 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya  memberanikan diri bilang ke loper koran, nggak jadi beli. Malu pasti. Tapi si loper koran malah memberikan korannya gratis. Saya jadi gak enak.

Saya katakan supaya datang besok, tapi dia gak pernah nongol lagi. Semoga Allah mengganti korannya dengan yang lebih baik.

Begitu si loper koran menghilang, tiba2 saja saya ingat beberapa pesanan makanan yang akan datang, dan tentu saja saya harus membayar. 

Waduh! Mana di rumah tak ada kendaraan sama sekali. semua dibawa suami dan anak-anak

Namun, tiba-tiba sahabat saya datang membeli 4 buah rendang... wah leganya saya. meskipun harga 4 buah rendang itu masih kurang untuk membayar pesanan, masih lumayan lah, sisanya mungkin masih bisa dicari  ulang,  diselipan selipan. 

Ketika teman saya membayar, dia melebihkan pembayarannya 1 kaleng sehingga  jumlah itu pas persis untuk membayar pesanan saya. 

MasyaAllah, saya benar-benar merasa tertolong, tidak hanya tertolong, seakan-akan Allah sedang memberikan pelajaran yang menyesap. Padahal lebihan itu hanya Rp 15.000. namun kelegaannya bernilai jauh diatasnya.

Entah, rasanya aneh saja tiba-tiba dimana-mana tak ada uang  padahal saya tukang selip-selip uang.  Dan serasa aneh pula tiba tiba saja ada teman datang  menyodorkan uang. Padahal waktu saya tawari dia menggeleng, dan saya paham karena  dia jago masak.

Saya jadi berpikir,  jika sahabat saya ini, melebihkan pembayaran seperti ini, dalam setiap langkahnya. Ketika membeli sayur, membeli bensin, naik ojek, ada berapa orang merasa lega seperti saya? betapa beruntungnya dia.

Wah, pasti sedekah kecil yang disebarkannya dimana-mana sudah menjadi berat dan bertumpuk tumpuk timbangannya.

Ah! Saya iri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun